Selain terkenal dengan minuman Legen yang rasanya cukup nikmat dengan sensasi segarnya, Kabupaten Tuban - Jawa Timur juga terkenal dengan minuman Tuak sehingga dijuluki Tuban Kota Tuak. Tetapi walau menggunakan bahan yang sama yaitu nira dari getah bunga Lontar atau siwalan, tetapi Tuak itu berbeda dengan Legen.
Tuak adalah Minuman yang berkadar alkohol
cukup tinggi dan bisa memabukkan. Warna minuman ini putih seperti susu dan
rasanya pahit.
MInuman ini terbuat dari getah nira yang disadap dari bunga Siwalan atau Lontar ( Borassus Flabellifer ) ).
MInuman ini terbuat dari getah nira yang disadap dari bunga Siwalan atau Lontar ( Borassus Flabellifer ) ).
Proses pembuatan Tuak hampir sama dengan
pembuatan Legen. Pucuk Bunga Siwalan
diiris secara tipis dan getah yang keluar ditampung pada ‘ Bumbung ‘,
wadah terbuiat dari ruas bambu panjang 40-50 cm.
Bila pada pembuatan Legen, bumbung itu harus dicuci bersih, namun
untuk membuat Tuak ini Bumbung justru tanpa dibersihkan terlebih dahulu.
Beberapa pembuat Tuak ada yang menambahkan
irisan kulit pohon dari tanaman jambu, juwet atau jamblang, mengkudu atau Pace
dan sebagainya. Tujuannya untuk memberi sensasi rasa tertentu yang berbeda pada tuak.Konon, peminum dan penikmat Tuak yang sejati bisa membedakan mana minuman tuak yang berasa jambu, juwet, mengkudu, pace dan sebagainya.
Di Kabupaten Tuban – Jawa Timur , minum
tuak sudah menjadi tradisi yang berlangsung sejak lama.
Saat
minum tuak itu, mereka menggunakan ‘ Centak
‘ , yaitu gelas yang terbuat dari bambu.Harga minuman tuak per Centak itu berkisar Rp 1000.
Sambil minum tuak, mereka juga makan
kudapan berupa Camilan ringan atau ‘
Tambul ‘, yaitu lauk pauk yang dibungkus kecil dengan menggunakan daun pisang.
Isi tambul itu bisa berupa belut goreng , jerohan, ‘ Cecek ‘ ( kulit sapi ) yang
dimasak dan diolah dengan menggunakan bumbu yang sangat pedas.
Faktor kesehatan dan kebersihan tampak tak
diperhatikan saat mereka minum tuak itu.
Selain lokasi untuk minumnya yang bisa di sembarang tempat, juga karena Centak
yang digunakan untuk minum tuak laksana gelas bergilir yang digunakan antar
peminumnya tanpa dibersihkan terlebih dahulu.
Walau bisa memabukkan, Tradisi minum Tuak ini sampai saat ini masih tetap lestari di Tuban. Pihak pemerintah daerah setempat pun bersikap toleransi pada tradisi ini sejauh para penikmat minuman Tuak itu tidak mengganggu ketertiban dan keamanan di daerahnya.
Begitu juga sebaliknya, Para peminum tuak itu sendiri juga bertoleransi
untuk minum Tuak seperlunya saja tanpa sampai membuat mereka mabuk. Dalam hal
ini ada pameo yang mengatakan kalau ada orang yang mabuk dan membuat keonaran saat minum tuak
berarti bukan warga Tuban penikmat sejati minuman tuak.
====================
Baca juga dan Klik artikel menarik berikut ini :
Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban
Main Game = Dapat Dollars
Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban
Main Game = Dapat Dollars
di Link berikut ini :
Apalagi ada anggapan bagi mereka bahwa
minum tuak itu bisa membantu mencegah dan mengobati penyakit yang berkaitan
dengan ginjal.
Walau mitos itu belum terbukti kebenarannya dan bahkan bisa bertentangan dengan ilmu kesehatan, dalam kesehariannya banyak warga Tuban yang meminum tuak sebagai minuman suplemen tradisional.
Walau mitos itu belum terbukti kebenarannya dan bahkan bisa bertentangan dengan ilmu kesehatan, dalam kesehariannya banyak warga Tuban yang meminum tuak sebagai minuman suplemen tradisional.
Yang menarik, dengan kadar alkohol yang cukup tinggipada tuak, pada medio September 2009 Pemerintah Kabupaten Tuban melalui Dinas Pertambangan dan Energi kabupaten Tuban mengembangkan
minuman 'tuak' menjadi etanol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar
minyak (BBM).
Uji coba toak menjadi etanol itu hingga sekarang ini masih terus dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang ingin mempelajari teknis cara pemrosesannya.
Uji coba toak menjadi etanol itu hingga sekarang ini masih terus dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang ingin mempelajari teknis cara pemrosesannya.
Teknisnya pengolahan tuak menjadi etanol itu terdiri dari Tuak sebanyak 10 liter dan dicampur dengan gula
jawa. Setelah dilakukan fermentasi selama tujuh hari dan disuling
menghasilkan 2 liter etanol.
Uji coba itu tentu patut untuk ditindak lanjuti agar dari Minuman Tuak yang bisa memabukkan ini bisa diambil manfaat positifnya.
Sebuah tradisi khas Tuban yang entah bisa
bertahan sampai kapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar