Sabtu, 03 Maret 2012

Benteng Lintas Jaman Di Museum Benteng Vredeburg


Museum Benteng Vredeburg berlokasi di Jl. Jend. A. Yani no 6 Jogjakarta. Atau di depan Gedung Agung (satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia) Merupakan sebuah benteng yang dibangun tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda yang pada waktu itu Gubernur dari Direktur Pantai Utara jawa dipimpin oleh Nicolaas Harting.


Menurut Belanda, tujuan dibangunnya benteng itu untuk menjaga keamanan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya. Padahal tujuan sebenarnya adalah untuk memudahkan dalam mengawasi dan mengontrol setiap perkembangan dan aktifitas yang terjadi di dalam Keraton.



Pada awalnya, Benteng dibangun dengan keadaan yang masih sangat sederhana. Temboknya hanya ndari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari Kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap hanya berupa rumput ilalang.
  

Bangunan banteng berbentuk persegi dan dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa dijumnpai sampai sekarang. Benteng mempunyai menara pantau yang disebut seleka atau bastion di keempat sudutnya. Oleh Sultan Jogja, setiap seleka diberi nama Jaya Wisesa, Jaya Purusa, Jaya Prakosaningprang dan Jaya Prayitna.


Pada masa berikutnya dan dengan alasan keamanan, Gubernur Belanda yang dipimpin oleh W.H Van Ossenberg mengusulkan agar benteng dibangun lebih permanen. Pada tahun 1767, pembangunan benteng mulai dilaksanakan di bawah pengwasan seorang ahli bangunan dari Belanda yang bernama Ir. Frans Haak. Pembangunan benteng baru selesai tahun 1787 yang kemudian diberi nama “ Rustenburg “ ( Benteng Peristirahatan ) .


Pada tahun 1867 di Jogjakarta terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat sehingga menyebabkan kerusakan pada bangunan benteng. Setelah dilakukan perbaikan, nama banteng kemudian dirubah menjadi “ Vredeburg “ ( Benteng Perdamaian ) yang merupakan manifestasi hubungan antara Belanda dan Keraton yang tidak saling menyerang.


Di dalam benteng terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati sekitar 500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan para medis. Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta. Hal itu sangat dimungkinkan karena kantor residen yang berada berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg.


Pada masa pendudukan Jepang, benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap. Juga kaum politisi Indonesia yang ditangkap karena mengadakan gerakan menentang Jepang.


Selain itu benteng Vredeburg juga difungsikan sebagai markas tentara Kempeitei, gudang mesiu dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo Belanda serta kaum politisi RI yang menentang Jepang. Pada tahun 1987 museum ini telah dapat dikunjungi oleh umum. Pada tanggal 23 November 1992 bangunan bekas Benteng Vredeburg secara resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (ketika itu Prof. Dr. Fuad Hasan) Nomor 0475/O/1992 dengan nama Museum Benteng Yogyakarta.


Sangat menarik untuk mengunjungi Museum Benteng Vredeburg  ini karena menyajikan koleksi benda-benda yang berhubungan dengan sejarah bangsa Indonesia. Benda-benda itu berupa koleksi bangunan yang terdiri selokan atau atau parit yang pada awalnya dimaksudkan sebagai rintangan paling luar terhadap serangan msuh. Pada perkembangan selanjutnya karena sistem kemiliteran sudah mengalami kemajuan menjadikannya hanya digunakan sebagai sarana drainase atau pembuangan saja.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Break Session :
 
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :

 
 
=================================================================



Ada juga jembatan yang pada awalnya berupa jembatan angkat ( gantung ) . Karena berkembangnya teknologi khususnya kendaraan perang, jembatan angkat itu kemudian diganti dengan jembatan yang permanen dan lebih kuat. Tembok benteng merupakan lapisan pertahanan sesudah parit dan berfungsi sebagai tempat pertahanan, pengintaian dan penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan. 


Pintu gerbang yang dibangun sebagai sarana keluar masuk kompleks banteng berjumlah tiga buah saja yaitu di sebelah barat, timur dan selatan. Bangunan-bangunan di dalam benteng bagian tengah yang sebelumnya berfungsi sebagai barak prajurit dan perwira pada perkembangan selanjutnya kemudian difungsikan sebagai tangsi militer. 


Ada juga koleksi Realia yaitu koleksi yang berupa benda ( material) yang benar-benar nyata dan bukan tiruan dan berperang langsung dalam suatu proses terjadinya sejarah. Antara lain berupa peralatan rumah tangga, senajta, naskah, pakaian, perlatan dapur dan sebagainya. Koleksi-koleksi itu berada di empat bangunan diorama yang didalamnya terdapat pajangan koleksi foto para pejuang dan perjuangannya mempertahankan Negara Indonesia. 


Yang menarik adalah koleksi adegan peristiwa perjalanan sejarah Bangsa Indonesia yang ditampilkan dalam bentuk minirama dengan detail ,ekspresi dan situasi yang hampir mirip seperti aslinya. 


Pada beberapa tahun yang lalu, beberapa diantara minirama itu ada yang dilengkapi dengan informasi audio yang berisi penjelasan tentang peristiwa yang digambarkan pada minirama dan bisa diaktifkan dengan memasukkan dua koin uang logam Rp 100. Tapi saat ini sepertinya informasi audio itu sudah tidak ada dan tidak dapat digunakan lagi mengingat koin logam juga sudah jarang dijumpai. 


Audio visual yang tampak menonjol adalah beberapa monitor dengan layar sentuh dan televisi layar lebar yang senantiasa memutar klip berisi lagu-lagu perjuangan dan diantaranya adalah lagu Indonesia Raya dengan syair dan aransemen lama. 


Demi kenyamanan dalam pelayanan kepada pengunjung dan masyarakat, Museum Benteng Vredeburg memiliki fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan seni, budaya serta ilmu pengetahuan. 


Kegiatan itu bisa dilakukan pada halaman luar museum yaitu pada Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949, taman luar dan halaman parkir. Sedangkan pada halaman dalam dengan menenmpati anjungan, Seleka ( bastion) dan taman bagian dalam. Sementara ruangan di dalam bangunan Benteng dapat dimanfaatkan sebagai ruang rapat, seminar, ceramah/ diskusi, lokakarya, pameran. 


Fasilitas hotspot area, mushola, kantin, guest house, perpustakaan dan toko yang menjual souvenir khas museum Benteng Vredeburg juga bisa dijumpai di museum ini.

Jam buka Museum adalah hari Selasa – Jum’at dari pukul 08.00-16.00 dan Sabtu –Minggu jam 08.00-17.00. Hari libur nasional tetap buka sedangkan pada hari senin tutup. 


Tiket untuk wisatawan domestik Dewasa Rp 2.000 dan anak-anak Rp 1000 yang bisa mendapat harga setengahnya bila kunjungan dilakukan secara rombongan. Sedangkan tiket untuk wisatawan mancangera baik dewasa dan anak-anak Rp 10.000 baik perseorangan ataupun kelompok. 


Sebagai museum khusus sejarah perjuangan nasional, Museum Benteng Vredeburg ini terasa sayang untuk dilewatkan jika sedang berkunjung ke Jogjakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar