Tauwa adalah nama makanan itu. Warnanya putih susu dengan
bentuk seperti puding. Teksturnya terasa
sangat lembut sehingga hampir tidak bisa merasakannya ketika tauwa itu sedang
kita nikmati. Kuah yang berupa minuman wedang jahe yang hangat menjadi
pelengkap tauwa.
Tauwa ini sangat mudah dijumpai karena biasanya banyak
penjualnya yang menjajakan tauwa dengan berkeliling dari kampung ke kampung.
Mereka biasanya menjual tauwa dengan menggunakan sepeda yang pada bagian belakangnya terdapat kotak-kotak kayu sebagai wadah tauwa, kompor, ceret dan sebagainya.
Mereka biasanya menjual tauwa dengan menggunakan sepeda yang pada bagian belakangnya terdapat kotak-kotak kayu sebagai wadah tauwa, kompor, ceret dan sebagainya.
Walau tampak sederhana, siapa sangka kalau tauwa ini
merupakan jejak kuliner peranakan Tionghoa di nusantara.
Menurut Dahana Adi, seroang pegiat sejarah dan budaya di Kota Surabaya yang biasa dipanggil dengan Mas Ipung, tauwa disebut sebagai kuliner peranakan Tionghoa karena pada masa lampau makanan ini merupakan makanan favorit yang biasa dikonsumsi oleh etnis Tionghoa di Indonesia.
Sedangkan di Tiongkok sana tauwa ini tidak ada dan tidak dikenal. Orang-orang dari etnis Tionghoa di Indonesia itulah yang kemudian membuat dan mengolahnya yang memadukannya dengan bahan-bahan yang lainnya.Kuliner peranakan Tionghoa yang serupa juga dijumpai pada Tauco, bakso dan sebagainya.
Menurut Dahana Adi, seroang pegiat sejarah dan budaya di Kota Surabaya yang biasa dipanggil dengan Mas Ipung, tauwa disebut sebagai kuliner peranakan Tionghoa karena pada masa lampau makanan ini merupakan makanan favorit yang biasa dikonsumsi oleh etnis Tionghoa di Indonesia.
Sedangkan di Tiongkok sana tauwa ini tidak ada dan tidak dikenal. Orang-orang dari etnis Tionghoa di Indonesia itulah yang kemudian membuat dan mengolahnya yang memadukannya dengan bahan-bahan yang lainnya.Kuliner peranakan Tionghoa yang serupa juga dijumpai pada Tauco, bakso dan sebagainya.
Saya menjumpai pedagang tauwa ini ketika sedang melintas
menuju ke kawasan makam Belanda di Peneleh – Surabaya. Saat itu saya melihat
seorang penjual tauwa sedang melayani pembeli yang bercengkerama di sebuah
warung.
Patung-patung Yang Dijarah Di Makam Belanda
-------------------------------------------------------------------------
Artikel tentang Makam Belanda di Peneleh ini bisa Anda baca dengan Langsung MengKLIK pada link berikut ini :
Makam Residen Belanda Yang Terlantar Di Peneleh
Kawasan Pemakaman Kuno Belanda Di Surabaya Makam Residen Belanda Yang Terlantar Di Peneleh
Patung-patung Yang Dijarah Di Makam Belanda
------------------------------------------------------------------
Adalah Pak Santun ( 60), nama penjual Tauwa itu. Bapak ini
mengatakan sudah berjualan tauwa ini sejak lama yang sayangnya dia lupa sejak
tahun kapan memulainya. Yang jelas, saat itu yang dia ingat harga jual setiap
mangkok tauwa itu seharga Rp 15. Bandingkan dengan harga tauwa sekarang yang
dia jual Rp 3000.
Pak Santun juga menuturkan, pada masa lampau tauwa buatannya cukup digemari dan punya
banyak pelanggan dari berbagai daerah di kota Surabaya. Dalam sehari rata-rata
dia bisa membutuhkan 5 kg kedelai sebagai bahan baku utama untuk membuat tauwa.Untuk membuat tauwa itu, dia menggunakan
alat penggiling kedelai yang terbuat dari batu untuk mengambil sari kedelainya.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman, usaha Pak
Santun masih tetap bertahan hingga saat ini. Walau masa keemasannya telah
berlalu, pada saat ini setidaknya tauwa
Pak Santun ini juga masih memiliki banyak penggemar.
Selama ini dia rata-rata
membutuhkan 2-3 kg kedelai yang dia olah dengan menggunakan alat penggiling yang terbuat dari logam dan
digerakkan dengan tangan.Selain mesin penggiling kedelai yang sudah berubah,
peralatan dan perlengkapan yang dia gunakan untuk berjualan tauwa juga sama
bentuknya dengan yang dia gunakan pada masa yang lampau.
====================
di Link berikut ini :
Selain tauwanya yang cukup menarik, juga ada hal yang
menarik lainnya yaitu wadah ceret yang berisi minuman wedang jahe yang terbuat
dari sari rimpang jahe. Minuman itu harus selalu hangat. Karena itu penjualnya
juga menyiapkan kompor untuk kembali menghangatkannya bila minuman itu menjadi
dingin.
Entah bagaimana awal dan hubungannya antara tauwa yang
lembut itu itu bisa berpadu dengan minuman wedang jahe yang hangat. Namun
ketika menikmatinya karena pengaruh dari minuman jahe, badan juga terasa lebih
hangat.
Karena teksturnya yang sangat lembut, menikmati tauwa ini
tentu tidak bisa terasa mengenyangkan. Selain untuk menghangatkan badan, biasanya pembeli merasa tak cukup hanya
dengan membeli tauwa seporsi saja.
Selain dijajakan secara berkeliling, tauwa ini juga ada yang menjualnya di warung-warung makanan.
Ada juga menjual Tauwa di rumah makan dan restoran lainnya dengan tampilan yang lebih menarik dan tentunya harga yang jauh lebih mahal.
Selain dijajakan secara berkeliling, tauwa ini juga ada yang menjualnya di warung-warung makanan.
Ada juga menjual Tauwa di rumah makan dan restoran lainnya dengan tampilan yang lebih menarik dan tentunya harga yang jauh lebih mahal.
Tauwa …., sebuah jejak kuliner peranakan Tionghoa yang eksotis
di nusantara.
Baca juga dan Klik artikel menarik berikut ini :
Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca
di Link berikut ini :
wah mantap tuh .
BalasHapuswah suka banget deh makan ini
BalasHapusTips Mudah Menabung