Di kawasan Pecinan itulah terdapat beberapa bangunan Kelenteng. Salah satunya adalah
kelenteng Boen Thjian Soe yang lebih dikenal dengan nama kelenteng Boen Bio.
Kelenteng dengan Bangunan berwarna terang dan Mencolok ini berdiri pada
tahun 1883 di lokasi pertamanya, Kapasan Dalam, Surabaya. Dalam bahasa fujian.
Boen berarti Sastra / budaya, sedangkan Bio berarti kuli. Jadi Boen Bio berarti
: kuil kesusastraan.
Klenteng yang merupakan saksi bisu
pertahanan terakhir dari kejayaan agama khong Hu chu di Surabaya ini beda dengan kebanyakan klenteng karena tidak ada Patung Buddhamaupun Dewi Kwan Im. Ia juga tak memiliki patung dewa-dewi lain, yang lazim
ditemui dalam klenteng Buddha maupun Taoisme.
Yang ada justru patung Khong hu Cu atau lebih dikenal dengan nama Nabi Khong Co yang berada di depan altar sebelah kanan.
Yang ada justru patung Khong hu Cu atau lebih dikenal dengan nama Nabi Khong Co yang berada di depan altar sebelah kanan.
Kelenteng yang pernah mengalami
pemugaran sejak 1903 dan selesai pada tahun 1906 ini dahulu kelenteng
Boen Bio terletak di Kapasan dalam. Awalnya klenteng ini
ada di posisi belakang klenteng yang berdiri sekarang. Dan dibelakang kelenteng yang sudah berusia 117 tahun sudah berusia 117 tahun
ini terdapat sekolah tionghoa jaman dahulu kala yakni Sekolah Tiong Hoa
Hwee Koan Surabaya atau sekarang dikenal dengan TK Tri Pusaka.
Dengan bantuan dari para donatur, bangunan kelenteng kemudian
dipindahkan ke areal yang lebih luas di raya Kapasan nomor
131, hingga sekarang.Nama-nama donatur pemindahan kelenteng itu diabadikan pada prasasti yang berada di samping ruangan kelenteng.
Konon, di dunia cuma ada 3 kelenteng yang seperti Boen Bio ini yaitu di kota asli tempat Konghucu lahir di Tiongkok, Jepang, dan di Surabaya - Indonesia.
Plakat
yang ada tepat di atas altar sembahyang merupakan plakat asli dari raja
tiongkok untuk membuktikan Klenteng Boen Bio ini adalah tempat
peribadatan.
Tulisan plakat di atas ini berartikan “Berkumandang ke
Selatan” (Sen Diau Nan Cing) dimana aliran konghucu mengalir ke selatan
Tiongkok.
Dalam sejarahnya, Boen Bio ternyata juga merupakan " benteng terakhir " umat Khong Hu Chu pada saat itu dalam menghadapi Kristenisasi di kalangan orang Tionghoa.
Sejak 1907, pemerintah Hindia Belanda membuka Holland Chineesche School, sekolah-sekolah berbahasa Belanda untuk orang Tionghoa, Selain itu Belanda juga mendorong dan mendukung organisasi-organisasi Kristen Protestan dan Katolik, bikin untuk mendirikan sekolah-sekolah swasta.
Tindakan Belanda itu membuat pihak dari Boen Bio khawatir orang-orang Tionghoa akan meninggalkan agama
leluhur mereka. Pada awal abad XX, Boen Bio bukan hanya rumah Ibadah. Ia juga menjadi tempat
kegiatan Sosial orang-orang Tionghoa di Kapasan.
Memasuki kelenteng ini di depan bangunan kelenteng terdapat dua buah Pilar berhias Naga dengan detail, ornamen dan warna kuning emas dan biru laut
yang sangat indah.
=======================================================================
Break Session :
Jejak Bio
Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
Tips Jitu Untuk Meningkatkan Traffic Situs atau Blog
Tips Jitu Untuk Meningkatkan Traffic Situs atau Blog
OLeh-oleh Khas Tuban
Bebatuan yang Indah Dan Bercahaya Di Lamongan
Monumen Pesawat Yang Legendaris Di Jawa Timur
Sensasi Memetik Teh Di Kebun Teh Kertowono
Kisah Batu Kodok Di Lamongan
Nasi Boran Yang Khas Dan Nikmat Di Lamongan
Merenda Kenangan Di Pantai Pasir Putih Situbondo
Budaya Minum Tuak Di Bumi Ronggolawe
Merajut Kenangan Indah Di Malioboro Yogyakarta
Busana Kerancang Betawi Yang Indah Dan Menawan
Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk
Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga
Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban
Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna
Bebatuan yang Indah Dan Bercahaya Di Lamongan
Monumen Pesawat Yang Legendaris Di Jawa Timur
Sensasi Memetik Teh Di Kebun Teh Kertowono
Kisah Batu Kodok Di Lamongan
Nasi Boran Yang Khas Dan Nikmat Di Lamongan
Merenda Kenangan Di Pantai Pasir Putih Situbondo
Budaya Minum Tuak Di Bumi Ronggolawe
Merajut Kenangan Indah Di Malioboro Yogyakarta
Busana Kerancang Betawi Yang Indah Dan Menawan
Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk
Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga
Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban
Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna
Sumur Gemuling Yang Keramat Di Makam Sunan Bejagung
Misteri Jutaan Ikan Keramat Di Gua Ngerong
Jejak Budaya Kerajaan Majapahit Di Candi Jabung
Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura
Ondel-ondel Betawi Yang Unik dan Artistik
Misteri Jutaan Ikan Keramat Di Gua Ngerong
Jejak Budaya Kerajaan Majapahit Di Candi Jabung
Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura
Ondel-ondel Betawi Yang Unik dan Artistik
================================================================
Tepat di belakang pagar, terdapat sepasang patung Ciok Say, Singa Batu yang bermakna simbolis sebagai penjaga pintu masuk kelenteng dan penolak roh jahat.
Di ruang utama Kelenteng Boen Bio ini
juga terdapat dua buah pilar naga, yang melambangkan Tiong Si ( tenggang rasa ) , yang berarti bahwa dalam
hidup ini sesama manusia harus bisa saling bertenggang rasa.Tampak menempel pada gebyok Kayu di bagian tengah atas adalah plakat bertuliskan
Sen Diau Nan Cing ( Berkumandang ke Selatan).
Plakat itu konon adalah pemberian langsung dari Kaisar Cina, yang melambangkan penyebaran ajaran Khonghucu ke bagian Selatan Cina. Plakat itu dihiasi dengan ornamen naga dengan Kepala di bawah yang melilit tiang, yang berisi Lampu-lampu kecil pada langit-langit kelenteng.
Plakat itu konon adalah pemberian langsung dari Kaisar Cina, yang melambangkan penyebaran ajaran Khonghucu ke bagian Selatan Cina. Plakat itu dihiasi dengan ornamen naga dengan Kepala di bawah yang melilit tiang, yang berisi Lampu-lampu kecil pada langit-langit kelenteng.
Yang menarik di kelenteng Boen Bio juga terdapat pajangan Foto Gus Dur,
ulama besdar dan Presiden ke-4 RI sebagai
penghormatan atas jasa-jasa Gus Dur yang membuka kembali kebebasan umat
Tionghoa dalam menjalankan aktifitas tradisi dan budaya mereka di Indonesia.
Selain itu, hal yang menarik lainnya adalah beberapa bagian kelenteng Boen
Bio memiliki nuansa klasik dengan sentuhan Artistiknya.
Kelenteng Boen Bio merupakan salah satu kelenteng kuno dan bersejarah di Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar