Bumi Wali adalah salah satu sebutan bagi Kabupaten Tuban – Jawa Timur. Pasalnya, di daerah ini banyak terdapat Makam wali atau orang- orang yang dianggap berjasa dalam syiar agama Islam di Pulau Jawa.
Makam-makam itu seriap harinya didatangi oleh banyak pengunjung dari berbagai daerah. Berbagai keperluan menyertai kunjungan mereka kesana dari sekedar berwisata, wisata religi atau wisata dengan minat dan keperluan khusus.
Berikut ini adalah beberapa destinasi wisata religi di Tuban :
1. Makam Sunan Bonang
Pada bagian awal memasuki kawasan ini akan tampak tiruan Gapura
berbentuk paduraksa.
Jarak sekitar 100 meter selanjutnya ada gapura dengan satu pintu masuk
di bagian tengah. Gapura itu cukup rendah sehingga untuk memasuki
harus dengan agak menunduk.
Gapura yang berwana putih dengan hiasan tulisan arab di bagian atas dan Ukir-ukiran itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan atap terbuat dari kayu dan berbentuk sirap.
Melewati gapura ini sekitar 10 meter berikutnya ada lagi gapura berbentuk paduraksa dan dengan tinggi sekitar 5 meter.
Pada gapura yang pada beberapa bagiannya banyak ditumbuhi Lumut
ini terdapat tiga pintu masuk. Pintu masuk di bagian tengah tampak
lebih tinggi dibanding pintu masuk di sebelah kanan dan kirinya.
Sayangnya,
keberadaan banyak lapak di sekitar gapura itu terasa cukup mengganggu
pengunjung untuk menikmati keindahan bangunan gapura.Meja atau tenda-tenda lapak tampak menutupi bagian depan gapura sehingga
praktis bangunan gapura ini tidak tampak bentuknya jika dilihat dari
bagian depan.
Bentuk bangunan gapura ini baru terlihat dari bagian belakangnya.
Pada
beberapa bagian dinding gapura terdapat lubang-lubang berbentuk
lingkaran yang mungkin dulunya merupakan tempat ditempelkannya beberapa
keramik kuno.
Tapi entah karena faktor penjarahan atau yang lainnya, kini tak ada satupun keramik Kuno yang tersisa dan menempel pada dinding gapura itu. Melewati gapura ini terdapat masjid Astana Sunan Bonang dan kantor.
Tapi entah karena faktor penjarahan atau yang lainnya, kini tak ada satupun keramik Kuno yang tersisa dan menempel pada dinding gapura itu. Melewati gapura ini terdapat masjid Astana Sunan Bonang dan kantor.
Pada
bagian utara masjid ini terdapat makam dengan beberapa batu nisannya
yang berbentuk kuno. Di kanan dan kiri terdapat bangunan berpagar besi
dan beratap kayu yang digunakan untuk menyimpan benda-benda Purbakala seperti nisan batu berukir, batu berbagai bentuk, lumpang batu dan sebagainya.
Sedangkan
di bagian tengahnya tampak berdiri kokoh gapura paduraksa yang telah
mengalami pemugaran pada beberapa tahun yang lalu.
Gapura ini tampak lebih aman dari jarahan Tangan-tangan jahil. Di gapura masih banyak terdapat Hiasan keramik kuno yang menempel di dinding. Keramik-keramik berbentuk lingkaran itu berwarna putih, krem dan biru dengan hiasan tulisan Arab dan Motif lainnya di bagian tengah dan tepinya.
Di belakang gapura ini terdapat Bangunan
dinding yang disebut Gapura Kelir setinggi 1,5 meter dan panjang 4
meter dengan piring keramik kuno sebanyak 17 buah yang beraneka ukuran
menempel pada dindingnya.
Makam Sunan Bonang itu sendiri terletak sekitar 50 meter dari gapura ini dengan berada di antara banyak makam. Makam Sunan Bonang yang dikelilingi oleh makam beberapa kerabatnya itu berada pada bangunan yang berbentuk cungkup dengan Kemuncak ( hiasan puncak bangunan ) terbuat dari perunggu.
Makam Sunan Bonang itu sendiri terletak sekitar 50 meter dari gapura ini dengan berada di antara banyak makam. Makam Sunan Bonang yang dikelilingi oleh makam beberapa kerabatnya itu berada pada bangunan yang berbentuk cungkup dengan Kemuncak ( hiasan puncak bangunan ) terbuat dari perunggu.
Atapnya juga berbentuk sirap yang terbuat dari Kayu
yang cukup rendah. Pengunjung yang berziarah dan memasuki Ruangan makam
Sunan Bonang ini dibatasi jumlahnya.
Sedangkan pengunjung lainnya berziarah dan berdoa dengan duduk
bersimpuh atau bersila di luar ruangan makam.
Banyaknya pengunjung yang berziarah dan berwisata religi ke makam Sunan Bonang ini menjadikan rangkaian bacaan doa, tahlil dan Ayat-ayat suci Al Quran senantiasa mengalun seolah tiada hentinya dari makam sang Sunan.
Banyaknya pengunjung yang berziarah dan berwisata religi ke makam Sunan Bonang ini menjadikan rangkaian bacaan doa, tahlil dan Ayat-ayat suci Al Quran senantiasa mengalun seolah tiada hentinya dari makam sang Sunan.
Sunan
Bonang dikenal bernama Raden Maulana Makdum Ibrahim dan diperkirakan
lahir tahun 1465 dan wafat 1525. Merupakan putra Raden Rahmat atau
lebih dikenal Sunan Ampel dalam pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila.
Dalam syiar islam di Nusantara, Sunan Bonang menggunakan pendekatan
dengan tasawuf dan Sastra.
Salah
satunya dengan adanya suluk-suluk ( semacam puisi, tembang atau lagu )
ciptaan Sunan Bonang dengan bahasa prosa, yang berisikan tentang ajaran
Islam. Kitab ini dinamakan Suluk Kangkung Sunan Bonang, dan kemungkinan
berisikan ajaran-ajaran Sunan Bonang yang diberikan kepada
murid-muridnya.
=====================================================================
Misteri Masjid Jin Yang Indah dan Megah
Wisata Religi Ke Pura Di Jawa Timur
Masjid Muhammad Cheng Hoo Yang Berhias Lampion
Keunggulan Bergabung dan Menulis di Vlog - Vivanews
Jejak Tragedi Gerbong Maut Di Museum Brawijaya
Jejak Kebesaran Sunan Giri Di Gresik
Mahkota Emas Kerajaan Dan Kesultanan Di Nusantara
Patung Budha Yang Indah dan Unik Di Jawa Timur
Kelenteng Dengan Lukisan Kuno Yang Indah
Jejak Budaya Masa Lampau Di Makam Sunan Bonang
Gereja Yang Indah Dan Unik Di Jawa Timur
Merenda Kenangan Di Pantai Pasir Putih Situbondo
Budaya Minum Tuak Di Bumi Ronggolawe
Merajut Kenangan Indah Di Malioboro Yogyakarta
Busana Kerancang Betawi Yang Indah Dan Menawan
Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk
Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
=====================================================================
Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
Misteri Masjid Jin Yang Indah dan Megah
Wisata Religi Ke Pura Di Jawa Timur
Masjid Muhammad Cheng Hoo Yang Berhias Lampion
Keunggulan Bergabung dan Menulis di Vlog - Vivanews
Jejak Tragedi Gerbong Maut Di Museum Brawijaya
Jejak Kebesaran Sunan Giri Di Gresik
Mahkota Emas Kerajaan Dan Kesultanan Di Nusantara
Patung Budha Yang Indah dan Unik Di Jawa Timur
Kelenteng Dengan Lukisan Kuno Yang Indah
Jejak Budaya Masa Lampau Di Makam Sunan Bonang
Gereja Yang Indah Dan Unik Di Jawa Timur
Bebatuan yang Indah Dan Bercahaya Di Lamongan
Monumen Pesawat Yang Legendaris Di Jawa Timur
Sensasi Memetik Teh Di Kebun Teh Kertowono
Kisah Batu Kodok Di Lamongan
Nasi Boran Yang Khas Dan Nikmat Di Lamongan
Monumen Pesawat Yang Legendaris Di Jawa Timur
Sensasi Memetik Teh Di Kebun Teh Kertowono
Kisah Batu Kodok Di Lamongan
Nasi Boran Yang Khas Dan Nikmat Di Lamongan
Merenda Kenangan Di Pantai Pasir Putih Situbondo
Budaya Minum Tuak Di Bumi Ronggolawe
Merajut Kenangan Indah Di Malioboro Yogyakarta
Busana Kerancang Betawi Yang Indah Dan Menawan
Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk
Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban
Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban
Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Sumur Gemuling Yang Keramat Di Makam Sunan Bejagung
Misteri Jutaan Ikan Keramat Di Gua Ngerong
Jejak Budaya Kerajaan Majapahit Di Candi Jabung
Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura
Ondel-ondel Betawi Yang Unik dan Artistik
Misteri Jutaan Ikan Keramat Di Gua Ngerong
Jejak Budaya Kerajaan Majapahit Di Candi Jabung
Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura
Ondel-ondel Betawi Yang Unik dan Artistik
================================================================
2. Makam Sunan Ibrahim Asmaraqondi
Selain makam Sunan Bonang , di daerah juga terdapat makam wali penyebar agama Islam yang lainnya yaitu Makam Sunan Ibrahim Asmaraqondi.
Makam yang juga banyak didatangi oleh para peziarah ini
berada di Desa Gesikharjo Kecamatan Palang, sekitar 10 km arah timur dari pusat
kota. Lokasinya
sekitar 100 meter kea rah selatan dari Jalan Raya Pantura yang berada di tepi
Laut Jawa menuju kea rah Lamongan.
Dari tepi jalan raya itu tampak gerbang kawasan wisata
Religi Makam Sunan Ibrahim Asmaraqondi. Makam itu berwarna hijau dan kuning
yang cerah dan mencolok. Pada bagian dinding gerbang itu terdapat berebrapa hiasan dan ornament.
Yang menarik, di gerbang itu tertulis ajaran dari Sang
Sunan yaitu Sabar , Neriman ( Menerima ) , Ngalah ( Mengalah )
, Loman ( Suka memberi ) , Akas ( Giat ) dan Temen ( bersungguh-sungguh ).
Berikutnya juga terdapat gerbang yang bentuk dan warnanya
hampir sama dengan gerbang yang pertama. Tak jauh dari gerbang yang kedua ini
terdapat masjid Sang Sunan yang cukup besar dan megah. Masjid itu sudah
mengalami pembangunan sehingga sudah tidak terlihat bangunan aslinya.
Di sebelah selatan masjid terdapat gapura paduraksa.
Sedangkan di sebelah barat atau tepat di belakang masjid terdapat makam Sunan
Ibrahim Asmaraqondi. Makam ini tampak cukup megah dengan cungkup yang terbuat
dari kayu jati pilihan.
Salah satunya adalah Makam Sunan Bejagung. Makam Sunan Bejagung ini sendiri ada dua yaitu makam Sunan Bejagung Lor ( Utara ) dan makam Sunan Bejagung Kidul ( Selatan ) yang masing-masing dipisahkan oleh ruas jalan Kampung.
Entah apa pula sebabnya di desa ini bisa terdapat dua makam Sunan Bejagung. Diantara dua makam Sunan Bejagung itu, makam Sunan Bejagung Lor lebih populer dengan dikunjungi para peziarah dan pegiat Wisata Religi.
Cukup mudah untuk menuju ke makam Sunan Bejagung ini karena lokasinya yang tak jauh dari jalan raya Semanding dan berada di depan pemakaman Ningrat Tjitrosoman . Dari jalan raya ini sudah tampak gapura atau Gerbang di jalan kampung menuju kompleks makam Sunan Bejagung Lor.
Di belakang dan sekitar gapura ini terdapat tumpukan batu bata merah yang disusun dengan formasi tertentu. Selain itu juga terdapat dua bangunan pendapa di kanan kirinya dengan beratapkan daun rumbia dan berlantai pasir. Pendapa dengan arstitektur tradisional ini juga berfungsi sebagai tempat berkumpul dan beristirahat para peziarah.
Bahkan pada hari-hari tertentu ada juga warga yang mengadakan selamatan dengan menggelar tikar di sekitar sumur tua yang selalu ditutup rapat bila sedang tidak digunakan ini. Untuk mengambil air sumur itu ada petugas yang mengambilkannya. Mereka yang berminat dengan air itu cukup mengisi kotak amalnya saja sebagai ganti jasa menimba.
3. Makam Sunan Bejagung
BEJAGUNG adalah nama sebuah Desa di kecamatan Semanding,
Kabupaten Tuban – Jawa Timur. Sekitar 5 km arah selatan dari Pusat kota Tuban.Entah ada keistimewaan apa dengan daerah ini karena disana
banyak terdapat Makam para ulama dan aulia penyebar syiar agama Islam yang
dikeramatkan oleh Warga setempat. Makam-makam itu semuanya dalam bentuk Kuno
dengan memancarkan nuansa sakral dan mistisnya.
Salah satunya adalah Makam Sunan Bejagung. Makam Sunan Bejagung ini sendiri ada dua yaitu makam Sunan Bejagung Lor ( Utara ) dan makam Sunan Bejagung Kidul ( Selatan ) yang masing-masing dipisahkan oleh ruas jalan Kampung.
Entah apa pula sebabnya di desa ini bisa terdapat dua makam Sunan Bejagung. Diantara dua makam Sunan Bejagung itu, makam Sunan Bejagung Lor lebih populer dengan dikunjungi para peziarah dan pegiat Wisata Religi.
Cukup mudah untuk menuju ke makam Sunan Bejagung ini karena lokasinya yang tak jauh dari jalan raya Semanding dan berada di depan pemakaman Ningrat Tjitrosoman . Dari jalan raya ini sudah tampak gapura atau Gerbang di jalan kampung menuju kompleks makam Sunan Bejagung Lor.
Memasuki kompleks makam Sunan Bejagung Lor ini terdapat
gapura Supit Urang ( Capit Udang ) dengan bentuknya yang khas. Di bagian atas
gapura terdapat tulisan angka tahun 1826 dan tulisan dalam huruf Arab.
Setelah itu terdapat masjid Sunan Bejagung yang sudah
dipugar dan direnovasi.Tak jauh dari masjid ini di bagian selatannya terdapat bangunan pendapa yang sudah
repesentatif dan berlantai keramik untuk tempat berkumpul para jamaah
masjid atau peziarah. Di belakang pendapa ini
terdapat gapura kecil dengan bentuknya yang kuno.
Di belakang dan sekitar gapura ini terdapat tumpukan batu bata merah yang disusun dengan formasi tertentu. Selain itu juga terdapat dua bangunan pendapa di kanan kirinya dengan beratapkan daun rumbia dan berlantai pasir. Pendapa dengan arstitektur tradisional ini juga berfungsi sebagai tempat berkumpul dan beristirahat para peziarah.
Melewati bagian ini
terdapat gapura lagi yang berbentuk cukup unik dan rendah. Bagi peziarah yang
berpostur tubuh yang jangkung tentu harus dengan merunduk ketika melewatinya.
Di sekitar gapura ini terdapat pepohonan yang besar dan
rindang yang seolah semakin menambah nuansa sakral dan magis kawasan ini.Ada juga sebuah sumur
tua yang disebut Sumur Gemuling karena untuk menimba airnya dengan dasar
sumur yang sangat dalam sekitar 40 meter harus dengan menggulingkan roda kayu
yang sudah dilengkapi dengan tali dan timba.
Air dari sumur ini dipercaya oleh warga setempat dan
peziarah berkhasiat bisa menyembuhkan berragam jenis penyakit, utamanya
penyakit kulit. Karena itu banyak warga yang menggunakan air sumur itu untuk berbagai keperluan.
Bahkan pada hari-hari tertentu ada juga warga yang mengadakan selamatan dengan menggelar tikar di sekitar sumur tua yang selalu ditutup rapat bila sedang tidak digunakan ini. Untuk mengambil air sumur itu ada petugas yang mengambilkannya. Mereka yang berminat dengan air itu cukup mengisi kotak amalnya saja sebagai ganti jasa menimba.
Melewati
gapura ini terdapat beberapa gentong berisi air.
Banyak peziarah yang mengambil dan langsung meminum air mentah dalam
gentong itu.Di sekitarnya terdapat pemakaman warga dengan beberapa makam
kuno yang diberi cungkup dan batu nisannya berselubung kain kafan.
Sedangkan di bagian tengah terdapat gapura yang kecil dan rendah yang terbuat dari batu bata yang disemen. Sekitar 10 meter berikutnya terdapat gapura berbentuk Paduraksa seperti yang biasa terdapat di makam Walisongo.
Sedangkan di bagian tengah terdapat gapura yang kecil dan rendah yang terbuat dari batu bata yang disemen. Sekitar 10 meter berikutnya terdapat gapura berbentuk Paduraksa seperti yang biasa terdapat di makam Walisongo.
Sekitar 10 meter di belakangnya juga terdapat gapura lagi dengan terbuat dari kayu dan berhiaskan ukiran pada beberapa bagiannya.
Setelah melewati beberapa gapura yang di kanan kirinya
terdapat banyak makam dengan batu nisannya itu barulah sampai di makam Sunan
Bejagung Lor yang bentuk cungkup makamnya cukup modern seperti bangunan rumah
biasa yang sekilas tak menampakkan nuansa sakral dan mistisnya.
Nuansa sakral dan mistis itu justru terasa dari adanya makam-makam kuno dengan batu nisan yang berselubung kain kafan di sekitarnya. Di antara makam-makam kuno itulah peziarah memanjatkan doa dan bacaan kitab Al Quran .
Makam
Sunan Bejagung Lor itu berada dalam ruangan dengan pintu yang
biasanya tertutup rapat. Makam ini memiliki panjang sekitar 3 meter
dengan bercat
warna emas dan berselubung kain beludru berwarna kuning.
Batu nisannya berselubung kain beludru berwarna hitam dengan hiasan tulisan Arab. Tumpukan bunga setaman dari peziarah terlihat di nampan yang berada di sekitarnya.
Batu nisannya berselubung kain beludru berwarna hitam dengan hiasan tulisan Arab. Tumpukan bunga setaman dari peziarah terlihat di nampan yang berada di sekitarnya.
Menurut sejarahnya, Sunan Bejagung Lor merupakan aulia penyebar agama Islam yang berasal dari Palembang dan bernama Muhdin Asy’ari. Wara setempat biasa menyebutnya dengan nama Mbah Modin Ashari.
Aulia ini begitu merakyat dengan segala kisah dan karomahnya. Bahkan karena kekeramatan dan kesakralannya, di makam Sunan Bejagung ini sering digunakan sebagai lokasi ritual Sumpah Pocong sebagai solusi penyelesaian terakhir bagi warga yang bersengketa.
Ritual sumpah pocong itu biasanya dilakukan di dalam masjid Sunan Bejagung dengan dipimpin oleh ulama setempat dengan membacakan sumpah dan doa bagi mereka yang bersengketa. Konon, ritual ini juga dilakukan dengan memercikkan air yang diambil dari sumur Gemuling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar