Rabu, 03 Juli 2013

Pilihan berwisata Yang Bernuansa Majapahit Di Mojokerto

Berkunjung ke daerah Trowulan di  Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur sekaan membawa kita kembali ke masa lampau era kerajaan Majapahit. 

Hal ini karena di daerah yang berada dalam lintasan jalan raya menuju ke Jombang - Surabaya itu banyak terdapat benda-benda peninggalan masa kerajaan yang besar dan masyhur pada masa itu.
Karena begitu banyaknya peninggalan yang bernuansa Majapahit itu yang tersebar di beberapa kawasannya , rasanya tak cukup waktu dalam sehari untuk menyusuri dan menyimaknya.

 Kesemuanya memberikan pengalaman dan keindahan wisata yang sangat mengesankan.
 Berikut ini adalah pilihan  beberapa wisata yang bernuansa Majapahit itu : 
 
1. Candi Wringin Lawang 

Suasana masih berkabut ketika pagi itu saya melangkahkan kaki memasuki sebuah jalan di Desa Jati Pasar , Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur.

Di sudut bagian depan jalan masuk itu terdapat arca Ganesha dalam ukuran yang cukup besar.


Pada jarak 200 meter dari jalan raya Trowulan - Jombang itu tampak  sebuah bangunan yang  tinggi menjulang dengan bentuk yang agak tersamarkan oleh kabut .

Bangunan itu adalah Candi Wringin Lawang yang konon merupakan pintu gerbang menuju kompleks bangunan penting di Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan yang sangat besar di nusantara pada masa lampau.

Candi Wringin Lawang  merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan kuno dan bersejarah yang terdapat di daerah Trowulan.
 

Candi itu disebut dengan nama Wring Lawang yang berarti Pintu Beringin. Terbuat dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11meter  dan tinggi 15,5 meter. Diperkirakan dibangun pada abad ke-14.
Candi yang berbentuk gerbang atau gapura seperti ini biasa  disebut bergaya " Candi Bentar" atau tipe " gerbang terbelah ".
 


Gaya arsitektur seperti ini diduga muncul pada era Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam arsitektur Bali.
Memasuki kawasan Candi Wringin Lawang ini suasananya sangat bersih dan asri oleh beraneka jenis tanaman hias, pohon maja dan pohon Trenggulun. Sebuah kolam kecil dengan tanaman teratainya yang berwarna mirabella tampak menghiasi halamannya. Ada rasa kagum yang membuncah ketika pandangan saya menyimak keindahan sosok candi ini.
Walau pada candi Wringin Lawang  tak terdapat hiasan , relief atau arca seperti candi-candi pada umumnya, namun bentuk dan arsitektur candi yang tampak geometris itu memberi perasaan kagum yang tiada hentinya pada keagungan peradaban masa kerajaan Majapahit itu.


Saat berada di bagian tengah gerbang itu, di salah satu sisi gerbang saya menjumpai ada tiga batu andesit yang  berjajar berbentuk persegi panjang . Pada salah satu batu itu terdapat relief pada bagian depannya.
 



Tak jelas relief itu tentang apa dan apa maksudnya karena hanya berupa garis-garis yang membentuk pola tertentu saja.
Ada juga tungku kecil yang terbuat dari tanah liat untuk membakar dupa atau kemenyan. Selain itu juga ada bekas sesajian yang berupa daging ayam bagian kepala, cakar dan  pantat.
Rupanya sesajian daging ayam itu berasal dari warga setempat atau pengunjung candi yang mengadakan selamatan di Candi Wringin Lawang dengan bertempat di tiga batu yang berjajar itu.
  

 2. Candi Brahu 
Bangunan kuno yang   menjulang tinggi itu berada di kawasan persawahan. Dengan warnanya yang merah bata, bangunan itu  tampak mencolok. Candi Brahu adalah nama bangunan  itu. Candi ini merupakan salah satu peninggalan dan jejak kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan besar yang sangat masyhur di nusantara pada masa lampau.


  
Candi Brahu berada di Dukuh Jambu Mete, Desa Bejijong , Kecamatan Trowulan - Kabupaten Mojokerto atau sekitar 2 km dari Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur di  jalan raya Trowulan - Jombang . Cukup mudah untuk meunuju ke lokasinya karena berada di tepi jalan raya desa dengan akses jalan yang cukup baik. Sayang tidak ada angkutan umum yang menuju kesana selain ojek motor.
Melihat bentuk candi ini dari kejauhan, mengingatkan saya pada bentuk Candi Jabung yang berada di Kabupaten Probolinggo. Kedua candi tersebut sama-sama dibangun pada masa kerajaan Majapahit dan menggunakan bahan dari batu bata.
Menurut denah,  Candi Brahu berukuran 10 x 10,50 m dan tinggi 9,6 m . Pada tubuh candi berhias lornamen berbentuk garis-garis lipitan, bersudut banyak, tumpul dan berlekuk. Pada kedua sisinya terdapat tangga menuju ke bagian tengah candi. Namun untuk memelihara  Candi Brahu , pengunjung dilarang naik menuju ke bagian tengah candi itu. Pada bagian tengah candi terdapat lubang kecil yang merupakan  bilik berukuran 4 x 4 m.
Pada bagian atas  candi pada keempat sisinya terdapat bagian yang tampak rata yang saya kira berupa relief-relief seperti yang ada di candi jabung dan candi-candi lainnya. Tetapi ternyata itu bukan relief dan hanya tampak berupa bidang kosong yang tak beraturan saja. Begitu juga tak ada relief apapun pada bagian lainnya di candi ini.
Sebagai bangunan bersejarah, Candi Brahu pernah diadakan peneletiian oleh berbagai pihak. Pada penelitian itu diantaranya menemukan sisa-sisa arang di sekitar candi yang  kemudian dianalisa oleh Pusat Penelitian Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) -  Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan pertanggalan radio carbon arang pada Candi Brahu itu diperkirakan  berdiri pada masa tahun 1410 hingga tahun  1646.  

Di sekitar kompleks candi pernah ditemukan benda-benda kuno lain, seperti alat upacara dari logam, perhiasan dan benda-benda lain dari emas, serta arca-arca logam .Benda-benda temuan itu  menunjukkan ciri-ciri ajaran Buddha, sehingga ditarik kesimpulan bahwa Candi Brahu merupakan candi Buddha.

 3. Museum  Majapahit 

Kecamatan Trowulan , Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur adalah daerah yang istimewa. Di daerah ini merupakan lokasi kerajaan Majapahit pada masa lampau. Karena itu, di daerah yang terletak sekitar 10 k m dari pusat kota Mojokerto ini banyak ditemukan benda-benda kuno yang berkaitan dengan kerajaan tersebut.
______________________________




Layanan untuk Web Hosting dan Domain Anda :






 _____________________________

Hal inilah yang mendasari dibangunnya sebuah museum untuk mengumpulkan dan menyelamatkan benda-benda bersejarah itu dari aksi jarahan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Museum itu saat ini bernama Museum Majapahit yang berada sekitar 500 meter dari jalan raya Surabaya -  Trowulan - Jombang.
Museum Majapahit ini sebelumnya bernama Museum Trowulan. Sejarah museum ini bermula pada tanggal 24 April 1924 R.A.A Kromodjojo Adinegoro salah seorang Bupati Mojokerto , bekerjasama dengan Ir. Henry Maclaine Pont seorang arsitek Belanda mendirikan Oudheeid Vereeneging Majapahit (OVM) yaitu suatu perkumpulan yang bertujuan untuk meneliti peninggalan-peninggalan Majapahit. 
OVM menempati sebuah rumah disitus Trowulan yang terletak di jalan raya jurusan Mojokerto – Jombang km 13 untuk menyimpan artefak – artefak yang diperoleh baik baik melalui penggalian, survey maupun penemuan secara tak sengaja. 
 


Mengingat banyaknya artefak yang layak untuk dipamerkan, maka direncanakan untuk membangun sebuah museum yang terealisasi pada tahun 1926 dan dikenal dengan namu Museum Trowulan.
Pada tahun 1942 museum ditutup untuk umum karena Maclaine Pont di tawan oleh Jepang. Sejak itu museum berpindah-pindah tangan hingga akhirnya dikelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur. 
Tugas kantor tersebut tidak hanya melaksanakan perlindungan terhadap benda cagar budaya peninggalan Majapahit saja, tetapi seluruh peninggalan kuno yang terdapat di wilayah Jawa Timur. 
_____________________________________ 

____________________________________

Oleh karena itu koleksinya semakin bertambah banyak. Untuk mengatasi hal tersebut museum dipindahkan ke tempat yang lebih luas berjarak ± 2km dari tempat semula, namun masih di situs Trowulan.
Museum baru tersebut sesuai dengan struktur organisasinya disebut sebagai Balai Penyelamatan Arca, namun namun masyarakat umum tetap mengenalnya sebagai Museum Trowulan yang pada perkembangan berikutnya berubah namanya menjadi Museum Majapahit.
Sejarah tentang Museum Majapahit ini bisa Anda dijumpai pada bagian depan dekat pintu masuk museum. Disana terpajang foto-foto lama dari R.A.A. Kromodjojo Adinegoro dan Ir. Henry Maclaine Pont. Ada juga foto-foto museum Trowulan pada tahun 1926.
Bentuk dan bangunan museum Trowulan pada saat itu sangat sederhana sekali karena hanya terbuat dari kayu dan beratap genteng biasa . Bahkan pada salah satu bangunannya beratapkan daun rumbia.Jalinan kawat tampak memagari museum itu.
Berbeda keadaannya dengan museum Majapahit saat ini yang bangunannya sangat besar dan megah dengan terdiri dari dua lantai. Di museum itu kita bisa menjumpai berbagai peninggalan bersejarah masa Majapahit yang diantaranya berupa arca, prasasti, persenjataan, peralatan tradisional  dan sebagainya.  
Berada di museum majapahit ini kita seakan diajak kembali menyimak peradaban pada masa kerajaan Majapahit. 
 
 
 =====================================================================

Break Session :




Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
 
 
 

Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk


Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track 
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio

Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban  
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik 

Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga

Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban 
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah 
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban 

Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna








===============================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar