Senin, 26 November 2012

Sayembara Unik Mengangkat Mesik Ketik Kuno


Sayembara itu cukup unik dan sederhana yaitu hanya dengan mengangkat dan memindahkan sebuah mesin ketik dari tempat semula ke tempat yang berjarak sekitar 1 meter saja.

Hadiahnya juga cukup menarik yaitu Rp 1 juta bagi siapa saja yang berhasil memenangi sayembara itu.



Walau tampak mudah dan sederhana, tetapi dalam kenyataannya selama ini tak ada yang berhasil memenangi sayembara itu. Alih-alih untuk memindahkannya, ternyata tak ada seorangpun yang bisa mengangkat mesin ketik itu seorang diri sebagai salah satu syarat utamanya.

Maklum saja, mesin ketik itu bukanlah mesin ketik biasa yang sering kita jumpai dalam bentuk dan ukuran yang kecil, praktis dan berbobot ringan. Tetapi merupakan mesin ketik kuno dengan menggunakan material-material logam yang sangat berat. Ukurannya pun luar biasa.

 
Pada bagian atas mesin ketik itu memiliki panjang 80  meter, tinggi 60 cm  dan lebar 75 m.
Beratnya 600 kg yang membutuhkan tenaga dari 4 orang dewasa untuk bisa mengangkat dan memindahkannya.

Tentu bisa Anda bayangkan bagiamana susahnya untuk mengangkat dan menindahkan mesin ketik jumbo ini seorang diri.

Mesin ketik kuno itu adalah salah satu koleksi dari benda-benda kuno yang terdapat  di Museum Bank  Mandiri di Jalan Kembang Jepun – Surabaya.
 
Pada masa lampau mesin dengan merek NCR ( National Cash Register ) ini digunakan sebagai mesin pembukuan rekening para nasabah bank.

Museum ini berada di lantai dasar Gedung Kantor Cabang Bank  Mandiri yang pada masa lampu bernama Gedung Bank Escompto.

 
Sangat menarik mengunjungi museum ini karena selain gratis dan menikmati koleksi-koleksinya, kita juga bisa menyimak keindahan bangunannya yang artistik dengan nuansa bangunan masa kolonial Belanda.

Koleksi benda-benda kuno dan bersejarah itu ada yang ditempatkan dalam pigura dan etalase kaca karena faktor keadaan benda yang telah rapuh. Ada juga yang disimpan tanpa etalase untuk benda-benda yang berukuran besar dan terbuat dari besi.

Benda-benda itu berupa arsip dan dokumen-dokumen penting perbankan, surat pengakuan hutang yang dulu ditulis dengan tangan, brankas, mesin ketik dan mesin penghitung yang kuno dan sebagainya.

Yang menarik, ada juga pigura kaca yang memajang lembaran mata uang Jepang yaitu Yen. Uang itu dulunya milih nasabah berwaganegara Jepang yang menyimpan uang di Escompto.
  
 Di pigura itu juga terpajang dokumen transaksi pending selama 71 tahun. Wow....!

Sementara di pigura lainnya terpajang foto-foto dan data yang kesemuanya tertulis dengan tangan tentang karyawan perusahaan Bank tersebut pada masa itu.
  ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :

Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  






================================================================
Karena Jepang takluk dan menyerah pada pendudukan tentara Belanda, uang yen milik nasabah dari Jepang itu tidak sempat dia ambil karena mungkin dia kembali ke negaranya di Jepang atau karena faktor lainnya.
Pada salah satu etalase kaca juga terdapat dokumen-dokumen pribadi milik Kepala Cabang Escompto ini jaman dulu. Dokumen itu berupa surat , amplop, foto, buku Surat Ijin Mengemudi, perhiasan dan sebagainya.  

Selain itu pada etalase-etalase terbuka terpajang benda-benda kuno lainnya seperti komputer, kalkulator, televisi dan sebagainya.
 
 
Pada koleksi yang lainnya juga terdapat semacam lemari besi untuk menyimpan lembaran-lembaran yang berisi tentang data para nasabah bank.

Seperangkat perabotan meja dan kursi yang dulu digunakan oleh kepala cabang bank ini juga bisa dijumpai. Termasuk juga foto-foto lama dengan nuansa nostalgianya.

Adanya benda-benda kuno tentang sejarah Escompto Bank di gedung  itu menjadi penambah daya tarik wisata di Surabaya. Terlebih benda-benda kuno itu  tertata dan terawat dengan baik. 



Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 

di Link berikut ini :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar