Ketika berkunjung ke Jogjakarta dan melintasi Jalan Sri
Wedari, ada sebuah Bangunan bertingkat yang cukup besar dan Megah.
Bangunan itu
bercat putih dengan kombinasi Warna abu-abu dan coklat. Sekilas Arsitekturbangunannya mengingatkan pada gaya ala bangunan Kolonial. Terasa
nuansa dingin, dan sunyi.
Namun ketika melangkahkan kaki memasuki Gedung itu, baru terasa nuansa
hangat dan tenang.
Karena ternyata
di dalam ruangan pada bangunan ini
terdapat Pajangan benda-benda seni karya para seniman di Jogjakarta. Bangunan itu bernama Taman Budaya Yogyakarta.
Selain itu juga menjadi suatu Pusat laboratorium
pengembangan dan pengolahan seni, dokumentasi dan informasi seni budaya.
Dalam salah satu eventnya, tampak di Ruangan tanpa sekat itu terpajang
karya-Karya Seni dengan
mengeksplorasi media Kayu , kawat
, tali atau perpaduan diantaranya dengan
menggunakan permainan warna atau natural.
Bagi orang awam
parade karya seni itu terasa
cukup susah untuk membaca makna yang ditampilkan dari setiap karya seni
itu.
Seolah memberi Selaksa Tanya dan penasaran ketika melihat dan
menyimaknya.
Namun di sisi lain, justru di situlah letak kebebasan untuk memaknai dan mengapresiasinya.
Hal ini selaras dengan salah satu tujuan Taman Budaya ini
untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi seni
dan budaya.
Pada lantai dua bangunan Taman Budaya ini terdapat Museum
Anak Kolong Tangga yang menyimpan
beragam permainan anak-anak baik yang Kuno maupun Modern.
Mengingat koleksi museum itu cukup mengagumkan, tentunya
sangat sayang sekali ketika
berkunjung ke Jogjakarta tidak
menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Anak Kolong Tangga ini.
Di bagian belakang Museum Anak Kolong Tangga terdapat Ruangan yang cukup representative untuk berlatih dan pentas kesenian bagi Warga
Jogjakarta.
Terwujudnya Taman Budaya Yogyakarta ini sebagai salah satu jendela Jogjakarta menuju pusat
budaya terkemuka di tingkat nasional dan internasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar