Rabu, 30 Januari 2013

Kelenteng Dengan lukisan Ala Komik Di Jawa Timur

Kelenteng sebagai tempat peribadatan umat tri Dharma memiliki keindahan dalam bentuk bangunan dan berbagai ornamen di dalamnya. Salah satunya adalah ornamen yang berupa lukisan-lukisan yang bentuknya seperti lukisan ala komik.

Lukisan-lukisan itu disapukan dalam lembaran kertas yang berwarna putih dan menggunakan tinta yang berwarna hitam. Lukisan itu menuturkan  tentang beragam cerita dalam legenda Tiongkok kuno. Diantara kelenteng-kelenteng yang terdapat lukisan indah itu adalah Kelenteng Hok Swie Bio, Kelenteng Tjoe Tik Kiong dan Kelenteng Sumber Naga.




1. Kelenteng Hok Swie Bio di Kota Bojonegoro 

Kelenteng yang berlokasi di jalan Jaksa Agung Suprapto ini berada di area yang tidak terlalu luas dengan bangunan kelentengnya yang cukup kecil.
 Berbagai perlengkapan dan ornamen  untuk beribadah umat Tri Dharma terdapat di kelenteng ini.
Ada yang unik di kelenteng ini dan menjadikannya tampak beda dengan kelenteng-kelenteng lainnya. Karena di kelenteng Hok Swie Bio ini terdapat banyak lukisan dengan menggunakan media kertas  dan tinta hitam.
Lukisan dalam berbagai ukuran kertas tentang berbagai kisah dan legenda ala Tiongkok itu terbuat dari tangan. 

Lukisan-lukisan itu ditempatkan di bagian depan pada sisi kanan, tengah dan kiri bangunan  utama kelenteng .Selain itu juga terdapat di bangunan kantor dan secretariat yang tak jauh dari bangunan utama kelenteng.

2. Kelenteng Tjoe Tik Kiong Di Pasuruan

 Lukisan ala komik dengan kisah legenda Tiongkok kuno juga terdapat di Kelenteng yang bernama  Tjoe Tik Kiong  di Jalan Lombok no 7 - Kota Pasuruan.
Nuansa klasik pada kelenteng ini sudah tampak pada  gerbang masuk kelenteng dengan bentuk , warna dan ornamen yang khas. Pada bagian atas gerbang itu terdapat ornament berbentuk sepasang naga dan burung Hong.
Di belakang gerbang terdapat panggung mini untuk pementasan wayang Potehi  yang biasa dipentaskan mengikuti  agenda umat kelenteng ini yang memiliki hajatan tertentu dan lakon wayang dengan kisah tertentu pula. Setahun sekali, panggung wayang Potehi itu mementaskan lakon tentang Kwan Sing Tee Koen ( Dewa Kwan Kong ) yang menjadi salah satu dewa utama di kelenteng ini.

Sekitar 12 meter dari panggung mini terdapat gerbang dengan ornament patung singa yang seolah menjadi penjaganya. Pada bagian atas gerbang ini terdapat ornament sepasang patung naga.
      
 
Setelah melintasi gerbang itu, barulah saya beberapa ruangan yang ada di kelenteng ini yaitu ruangan kelenteng utama , ruangan altar Kwan Sing Tee Koen dan ruangan untuk kantor.

Pada halaman depan tampak sepasang patung Singa Kilin dengan terpasang berbagai hiasan yang menggantung pada tubuhnya. Selain itu juga terdapat tungku pembakaran yang berbentuk pagoda.
Pada ruangan altar Kwan Sing Tee Koen terdapat arca Dewa Kwan Kong yang dikeramatkan. Ruangan ini berada di sebelah kiri ruangan utama kelenteng.Dengan ditemani oleh Hendra Wijaya (70 th) , seorang umat kelenteng, saya diajak masuk untuk melihat dan menyimak kelenteng yang indah ini.

Di bagian depan ruangan utama terdapat beberbagai perlengkapan ibadah dengan berbagai ornament khas kelenteng seperti hiolo, lilin, lampion, hio dan yuswa, relief harimau, relief naga dan sebagainya.

Yang menarik, juga terdapat pajangan replika  senjata-senjata milik para dewa.

Pada sisi kiri dan kanan dinding-dindingnya  terdapat pajangan lukisan-lukisan yang berkisah tentang sejarah dan legenda Tiongkok kuno.

 
Selain lukisan dalam bentuk lembaran kertas, di kelenteng ini juga ada lukisan yang ditorehkan pada dinding ruangan kelenteng. Lukisan itu juga tampil berwarna dengan gaya lukisan klasiknya.



=======================================================================

Break Session :

Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :

Menambang Uang Melalui Facebook dan Blog
Tips Jitu Untuk Meningkatkan Traffic Situs atau Blog

OLeh-oleh Khas Tuban 

Bebatuan yang Indah Dan Bercahaya Di Lamongan

Monumen Pesawat Yang Legendaris Di Jawa Timur

Sensasi Memetik Teh Di Kebun Teh Kertowono

Kisah Batu Kodok Di Lamongan

Nasi Boran Yang Khas Dan Nikmat Di Lamongan


Merenda Kenangan Di Pantai Pasir Putih Situbondo
Budaya Minum Tuak Di Bumi Ronggolawe

Merajut Kenangan Indah Di Malioboro Yogyakarta


Busana Kerancang Betawi Yang Indah Dan Menawan 


Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk



Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio 

Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong

Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio

Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track 

Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio


Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban  

Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik 


Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga


Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban 

Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo

Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban

Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah 

Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban 


Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro

Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya

Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna







================================================================

3. Kelenteng Sumber Naga Di Probolinggo


Seperti kelenteng Tjoe Tik Kiong di Pasuruan dan kelenteng Hok Swie Bio di Bojonegoro, di kelenteng Sumber Naga di Kota Probolinggo  juga terdapat lukisan dengan kisah tentang sejarah dan legenda Tingkok kuno. Lukisan-lukisan dengan menggunakan media kertas dan tinta hitam itu terpajang  memenuhi  dinding  di sebelah kiri dan dan kanan.


 
Yang menarik, kelenteng ini terdapat gerbang dengan bentuk Stupa yang  menggambarkan bahwa kelenteng Sumber Naga ini merupakan tempat ibadah bagi umat Tri Dharma.

Gerbang kelenteng itu terdapat di kelenteng Sumber Naga yang berada di Kota Probolinggo – Jawa Timur. Lokasinya tak jauh dari alun-alun atau pasar besar  di kota ini.

 
Kelenteng Sumber Naga ini cukup indah dan menarik dengan berbagai ornament , hiasan dan perlengkapannya. Lilin  dalam berbagai ukuran dan lampion dalam berbagai bentuk tampak menghiasi kelenteng ini. Begitu juga dengan bau harum hio atau dupa senantiasa menguar dari dalam ruangannya.

Kelenteng ini sebenarnya bernama Liong Tjwan Bio yang berarti Kelenteng Sumber Naga. Penggunaan nama dalam bahasa Indonesia itu dilakukan sejak masa pemerintahan Orde Baru. Konon, kelenteng Sumber Naga ini sudah ada sejak tahun 1865 dengan Kong Co  Tan Hi Jin sebagai sesembahan utamanya.

Di halaman tengah terdapat sebuah panggung mini untuk pentas kesenian wayang potehi.
Kelenteng Sumber Naga terdiri dari beberapa ruangan. Ruangan yang berada di sebelah kiri merupakan ruangan Tri Darma. Di dalam ruangan terdapat tiga altar untuk Nabi Lao Tze, Budha Sakyawuni dan Nabi Kong Hu Cu.

Sedangkan di sebelah kanan terdapat ruangan altar untuk persembahan Kong Co Kwan Sing Tee Koen atau Dewa Kwan Kong. Di dekat ruangan ini terdapat ruangan untuk kantor dan tata usaha.
Pada dinding depan  ruangan Kwan Sing Tee Koen terdapat lukisan Kwan Sing Tee Koen dan ornamen bergambar naga dan harimau dalam warna emas.

Ruangan utama kelenteng Sumber Naga berada di bagian tengah. Di dalam ruangan utama kelenteng inilah terdapat arca Kong Co Tan Hu Cin Jin. 

Karena merupakan tempat ibadah, arca Kongso Tan Hu Cin Jin di  ruangan utama kelenteng dengan berbagai aktifitas ibadahnya ini tidak diperbolehkan untuk difoto.

Di belakang ruangan utama kelenteng utama terdapat ruangan altar persembahan berikutnya dengan terdapat arca Dewi Kwan Im. Di sekitar ruangan ini terdapat ornament arca-arca dari para pengikut setia Dewi Kwan  Im.


Sedangkan di halaman luar di depan gerbang kelenteng terdapat pepohonan yang cukup besar dan rindang. Pepohonan itu mungkin sudah berusia puluhan atau ratusan tahun melihat dari sosok dan bentuk batang dan akarnya.

Jejak Budaya Masa Lampau Di Makam Sunan Bonang

Gapura itu berbentuk khas dan unik. Sebuah jalan kecil terdapat di bagian tengahnya dan di sisi timurnya.Pada dinding gapura juga  terdapat hiasan berupa tempelan piring-piring keramik kuno. 
Umumnya piring-piring  dalam berbagai ukuran itu  berwarna putih dengan hiasan tulisan Arab dan hiasan-hiasan lainnya yang berwarna biru, hitam dan merah.
 
Gapura yang bernama Paduraksa itu merupakan salah satu gapura di kawasan wisata makam Sunan Bonang yang menjadi  jejak budaya masa lampau.
Sebagai situs dan cagar budaya, Kompleks Makam Sunan Bonang di Kota Tuban – Jawa Timur   terdapat banyak benda bersejarah . Di sana, kita bisa menjumpai beberapa gapura dengan bentuknya yang cukup unik.

Seperti halnya tempat Wisata religi Walisongo lainnya, memasuki kawasan wisata Religi makam Sunan Bonang banyak terdapat Deretan Toko dan kios dengan beraneka barang dagangannya.
Pada bagian awal memasuki kawasan ini akan tampak tiruan Gapura berbentuk paduraksa. Jarak sekitar 100 meter selanjutnya ada gapura dengan satu pintu masuk di bagian tengah. Gapura itu cukup rendah sehingga untuk memasuki harus dengan agak menunduk.
Gapura yang berwana putih dengan hiasan tulisan arab di bagian atas dan Ukir-ukiran itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan atap terbuat dari kayu dan berbentuk sirap. Melewati gapura ini sekitar 10 meter berikutnya ada lagi gapura berbentuk paduraksa dan dengan tinggi sekitar 5 meter.
Pada gapura yang pada beberapa bagiannya banyak ditumbuhi Lumut ini terdapat tiga pintu masuk. Pintu masuk di bagian tengah tampak lebih tinggi dibanding pintu masuk di sebelah kanan dan kirinya.
Sayangnya, keberadaan banyak lapak di sekitar gapura itu terasa cukup mengganggu pengunjung untuk menikmati keindahan bangunan gapura. Meja atau tenda-tenda lapak tampak menutupi bagian depan gapura sehingga praktis bangunan gapura ini tidak tampak bentuknya jika dilihat dari bagian depan. Bentuk bangunan gapura ini baru terlihat dari bagian belakangnya.
Pada beberapa bagian dinding gapura terdapat lubang-lubang berbentuk lingkaran yang mungkin dulunya merupakan tempat ditempelkannya beberapa keramik kuno. Tapi entah karena faktor penjarahan atau yang lainnya, kini tak ada satupun keramik Kuno yang tersisa dan menempel pada dinding gapura itu. Melewati gapura ini terdapat masjid Astana Sunan Bonang dan kantor.
  
Selain itu,   di sekitar gapura-gapura itu juga terdapat benda-benda kuno lainnya yang tersimpan di dalam Pendapa Rante atau juga disebut Bale Rante, yaitu bangunan pelindung  yang terbuat dari kayu dan bentuknya seperti pendapa dalam ukuran kecil.

Pendapa Rante itu berada di depan Gapura Paduraksa pada sebelah barat   dan sebelah timur yang seolah mengawal  Gapura Paduraksa. Kedua Pendapa Rante itu dipisahkan oleh sebuah jalan yang menuju  dan melewati gapura Paduraksa.Di sekitar Pendapa  Rante ini banyak terdapat makam kuno lainnya.
 
Masing-masing  Pendapa Rante yang atapnya berbentuk sirap itu berukuran sekitar 2x3 meter dengan ketinggian sekitar 2 meter. Terdapat pagar besi yang mengelilingi Pendapa Rante. Di dalam Pendapa rante terdapat benda-benda peninggalan masa Sunan Bonang.
Diantaranya berbentuk batu nisan kuno yang bertuliskan huruf Arab dan terbuat dari batu putih, batu kotak semacam lesung, batu berlubang dan batu bergaris. 
Pada setiap tahunnya saat bulan Ramadhan, di kompleks makam Sunan Bonang ini juga terdapat tradisi dan budaya yang cukup unik yaitu pembagian Bubur Suruh bagi warga yang berpuasa. Bubur itu juga cukup unik karena rasanya yang khas.
Ada juga  bola-bola batu yang berukuran sekepalan tangan orang dewasa, umpak (alas penyangga ) bangunan yang terbuat dari batu,  kayu-kayu kuno bekas bangunan masjid dan makam, dsb.
 
Beberapa benda-benda itu ada yang kondisinya masih utuh dan terawatt dengan baik. Namun sayang karena ternyata ada juga yang kondisinya sudah pecah, retak dan terbagi menjadi beberapa bagian.