Kamis, 11 Juli 2013

Tradisi Bubur Suruh Yang Unik Di Makam Sunan Bonang

Ada yang tampak berbeda dengan suasana bulan Ramadhan  pada sore hari di kawasan wisata makam Sunan Bonang. 


Banyak warga sedang berkumpul di sana sambil membawa wadah berupa piring, baskom, rantang, timba kecil dan sebagainya.




Mereka ternyata sedang antri menunggu pembagian bubur Suruh yang merupakan tradisi tahunan di tempat ini pada bulan Ramadhan. 


Tentu bukan bubur biasa saja karena bubur itu memiliki rasa yang berbeda dibanding bubur pada umumnya. 





Ada rasa pedas dan gurih  ala masakan Arab atau India pada cita rasanya. Begitu pula dengan bahan dan  bumbu yang digunakan. 

Tradisi Bubur Suruh ini biasanya dilakukan sejak awal hingga berakhirnya Bulan Ramadhan. 




Tetapi pada bulan Ramadhan ini tradisi itu baru bisa dilakukan pada hari kedua puasa karena faktor tekhnis persiapannya . 

Merupakan tradisi memasak bubur dan membagikannya kepada siapa saja yang datang di kawasan wisata dan berminat memakannya sebagai menu untuk buka puasa.




Bubur Suruh itu berwarna agak kuning kecoklatan dan bentuknya sepintas seperti bubur jagung.  Namun rasanya cukup gurih seperti rasa sayur kari , gule atau sayur berkuah santan lainnya. 

Bubur Suruh terbuat dari  tepung beras, santan kelapa , bumbu gurih, kayu manis, Balungan ( tulang belulang sapi dengan sedikit daging)  dan lemak.


Bubur Suruh dimasak pada siang hari selepas shalat Dhuhur  dengan menggunakan wajan besi yang berukuran cukup besar  dan baru dibagikan sore hari menjelang  saat buka puasa. 
Dalam sehari menghabiskan bahan beras sebanyak 12 kg , 3 kg balungan dan bahan-bahan lainnya.




Yang memasak adalah dua orang wanita dengan dibantu seorang pria dengan proses memasak selama sekitar 2 jam.
Pada setiap hari sekitar jam 4-5 sore, di halaman masjid yang ada kawasan makam Sunan Bonang ini banyak didatangi oleh warga.






Dan ketika bubur itu mulai dibagikan, tak ada 20 menit kemudian  bubur pun telah habis dibagikan.
Bagi mereka yang mendapatkan bubur itu untuk dibawa dan dimakan di rumah itu tidak mendapatkan tambahan buah kurma.

Sedangkan bagi mereka yang berada dan berbuka di masjid, pada buburnya mendapatkan tambahan dua biji kurma, buah dan makanan lainnnya plus  segelas minuman teh  atau kopi.

Tak jelas entah sejak kapan tradisi Bubur Suruh ini mulai diadakan dan dilakukan di Makam Sunan Bonang. 




Namun yang jelas, tradisi itu sudah ada sejak lama dan masih dilakukan sampai saat ini.



Konon, tradisi  Bubur Suruh ini meniru tradsi bubur yang berasa gurih dan biasa dilakukan di Negara-negara yang berada di  jazirah Arab. Di sana bubur semacam ini disebut dengan Bubur Harizah.




Menurut Gus Mbeling, salah seorang pengurus lapangan di makam Sunan Bonang, dulu traidi Bubur Suruh ini pernah diganti dengan membuat dan membagikan nasi. Namun, beberapa saat setelah mengganti Bubur Suruh itu dengan nasi, ada salah seorang penguyrus yang merasa di sabet dengan kibasan ekor ‘ kuda gaib ‘ di salah satu sudut kawasan makam Sunan Bonang.

Akibatnya, penggantian dengan nasi itupun tidak diteruskan dan kembali mengadakan tradisi Bubur Suruh seperti semula.

______________________________ 

Layanan untuk Web Hosting dan Domain Anda :






 _____________________________

Penggunaan Nama Bubur Suruh itu pun konon karena saat pembagian Bubur ini dilakukan  saat menjelang senja , yang dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah Surup. 


______________________________________________ 
 Dapatkan Poin Gratis Di Surfactif 

   
__________________________________________________


Pada perkembangannya  kemudian menjadikan bubur ini disebut dengan Bubur Surup.



Frase  Bubur Surup itulah yang seiring dengan berjalannya waktu  kemudian berganti karena  warga lebih familier  menyebutnya dengan Bubur  Suruh.

Apapun itu, yang jelas tradisi Bubur Suruh ini menjadi salah satu khazanah tentang jenis dan ragam  bubur di Nusantara.


Break Session :




Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :

Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk


Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio 
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track 
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio

Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban  
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik 









1 komentar:

  1. luar biasa indonesia ini. ramah tamah dan tradisi saling berbagi yg mesti dilestarikan generasi penerusnya

    BalasHapus