Selasa, 05 Juni 2012

Nenek Penghuni Hutan Pinus Di Banyuwangi

Di desa Sragi Kecamatan Songgon terdapat kawasan hutan pinus yang sangat luas. Hutan itu sangat lebat dan  berada di bukit dengan kontur  tanah yang naik turun.


Siapa sangka, di tengah lebatnya hutan pinus itu ternyata ada seorang wanita yang tinggal dan menjadi penghuni di hutan pinus itu.
_____________________________________
___________________________________
  
Adalah Saniyah, nenek berusia 65 tahun yang tinggal disana. Dia telah tinggal di hutan itu selama puluhan tahun dengan menempati sebuah rumah kayu yang sangat sederhana.


 
Rumah itu sebelumnya merupakan tempat pondokan atau tempat  beristirahat karyawan Perhutani setempat  seperti sinder, waker dan sebagainya.
Mungkin karena merasa iba pada Saniyah  dan suaminya yang tidak memiliki tempat tinggal, rumah pondokan  yang disebut dengan ‘ Brak ‘ itu pun di berikan pada suami istri itu untuk ditempati.

Rumah itu sendiri hanya berdinding kayu yang tak berarturan dengan banyak lubang. Begitu juga dengan atapnya.


 
Tak ada perabotan sama sekali di dalamnya dan juga tak ada penerangan listrik.
Sebagai penerang di rumahnya, Saniyah menggunakan lampu tradisional yang berupa botol  dengan di dalamnya diberi minyak goreng bekas.
______________________________________________ 
 Dapatkan Poin Gratis Di Surfactif 
   


_______________________________________________
  
Di botol itu kemudian diberi sumbu kompor  yang ujung luanya  kemudian dinyalakan.



Malang nian nasib Saniyah. Beberapa tahun berjalan, Saniyah kemudian  ditinggalkan oleh suaminya.  Apalgi tak lama kemudian Saniyah mengandung benih  dan melahirkan dari hubungan dengan suaminya itu.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :

OLeh-oleh Khas Tuban 

Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track 

Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio

Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban  
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik 
Eksotisme Tradisi dan Budaya Dalam Pengantin Betawi
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga

Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban 
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah 
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban 

Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna








================================================================

Tentu saja Saniyah harus berjuang keras demi menghidupi drinya dan anaknya itu. Kini anak laki-lakinya  itu telah berumur 23 tahun yang karena kesibukannya  sendiri membuat dia jarang bersama dengan Saniyah.

 
Setiap hari Saniyah bekerja sebagai penyadap getah pinus. Ia juga mengolah dan menanami  lahan dengan tanaman  produktif lainnya seperti jahe, tembakau, pisang dan sebagainya. Hasil dari lahannya yang tidak seberapa  itu kemudian ia bawa ke Pasar Desa Sumber Arum yang  terdekat dengan rumahnya.


Di pasar yang berjarak  sekitar 45 menit perjalanan  dengan berjalan kaki itu, Saniyah membarter hasil lahannya dengan kebutuhan sembakonya seperti beras, bumbu , lauk pauk, minyak goreng dan sebagainya.

Cukup sulit juga untuk menuju ke rumah Saniyah di kawasan hutan Gumuk Jambe Perhutani bayu kidul itu. Tak adanya papan petunjuk dan banyaknya persimpangan jalan setapak  tentu membuat saya  harus tak malu untuk bertanya  pada setiap warga yang saya temui selama perjalanan agar tidak tersesat di dalam hutan.



Belum lagi dengan medan  perbukitan di sekitar lokasi yang cukup membuat perjalanan terasa melelahkan.
Di tengah hutan itu Saniah tinggal sendiri tanpa ada rumah dan warga lainnya di sekitarnya karena pemukiman warga hanya terdapat   di desa yang ada di bawah hutan.


Praktis, di tengah kegelapan dan sepinya hutan pinus itu, Saniyah hanya tinggal seorang diri dengan berteman suara serangga dan satwa hutan lainnya.


Untunglah, pada pagi hingga sore hari banyak warga desa yang juga menyadap getah pinus dan mengolah lahan di sekitar hutan itu yang mampir dan bertandang ke rumah Saniyah. Para penyadap getah pinus itu juga menitipkan getah pinusnya yang baru terkumpul sebagian di halaman rumah Saniyah untuk dilanjutkan  lagi esoknya.

Saniyah tentu merasa suka cita ketika rumahnya didatangi oleh para warga desa itu walau sekedar untuk beristirahat dan bercengkerama sejenak.
Semoga dengan publikasi  tentang sosok Saniyah ini ,  Saniyah bisa segera  memperoleh perhatian dan bantuan dari pemerintah dan berbagai pihak yang peduli padanya. Karena tak bisa dipungkiri, keberadaan Saniyah yang tinggal di hutan itu juga ikut berperan  mengawasi dan menjaga kawasan hutan pinus itu dengan berbagai asset yang ada  di dalamnya.









3 komentar:

  1. menarik jg posting gan www.sabiyaku.blogspot.com

    BalasHapus
  2. nice article gan... www.tricajusindonesia.com

    BalasHapus
  3. lebih kasihan kehidupan orang kota

    BalasHapus