Minggu, 31 Maret 2013

Kelenteng Kim Hin Kiong Di Kota Gresik

Gresik adalah kota kecil dengan banyak terdapat bangunan kuno dan bersejarah. Menyusuri kawasan kota ini kita bisa menjumpai banyak bangunan dengan nuansa dan artsitektur yang dipengaruhi dengan budaya Islami, Tionghoa dan era kolonial Belanda.

Diantara bangunan lama itu terdapat sebuah kelenteng yang ternyata merupakan satu-satunya kelenteng di kota ini. 


Walau berada di pusat kota, ternyata kelenteng ini cukup tersembunyi karena berada di tengah kawasan perkampungan.

Kelenteng itu bernama  Kim Hin Kiong yang berlokasi  di Jl. Dr Setyobagudi Gg V no 56. Dari alun-alun Kota Gresik jaraknya sekitar 400 meter dengan melewati akses jalan berupa gang dengan banyak bangunan kuno ala daerah pecinan.

Dari kejauhan, tepat di ujung jalan tampak bangunan Kelenteng Kim Hin Kiong yang berwarna merah dan kuning yang sangat mencolok.

  

Ukuran kelenteng itu tak begitu besar dan cukup lengang. Setelah mengucapkan salam dan menunggu beberapa lama, tampak keluar seorang  wanita yang merupakan pengurus kelenteng.
 
Sayang tak banyak informasi yang bisa dia berikan tentang kelenteng tua ini. Selain menjelaskan bahwa kelenteng ini untuk menghomati  Thian Sang Seng Boo ( Ma Co Poh) yang dikenal sebagai Dewi Kebaikan.

Sayang, karena saya bukan penganut aliran Tri Darma, seperti halnya kelenteng lainnya, di kelenteng ini saya juga tidak diijinkan untuk memotret langsung ke arah altar utama persembahyangan dimana disana ditempatkan arca  Thian Sang Seng Boo. 

Di ruangan altar utama itu terdapat ornamen dan perlengkapan ibadat umat kelenteng lengkap dengan lilin-lilin yang berukuran besar dan asap dan bau dupa yang senantiasa menguar.

Walau tak bisa leluasa mengambil foto  di kelenteng ini itu tak menjadi masalah bagi saya, karena saya masih bisa menikmati keindahan bangunannya. Di bagian depan kelenteng terdapat gerbang yang cukup kecil dan  tidak begitu tinggi.

   
_______________________________________________

Di bagian atas gerbang itu terdapat tulisan Tempat Ibadat Tri Dharma Gresik Kim Hin Kiong. Sedangkan di samping kanan dan kirinya terdapat hiasan tulisan dalam huruf China yang sayang saya juga tak tahu apa arti dan maksudnya.

Kelenteng ini diapit oleh dua bangunan menara berbentuk pagoda yang digunakan sebagai tempat pembakaran dupa, kertas-kertas doa dan sebagainya. Selain itu juga diapit oleh dua patung Ciok Say ( Singa ) yang sedang bermain dengan anaknya.

 
Patung Ciok Say itu cukup indah dengan bentuk dan warnanya yang artistik. Di dekat Ciok Say itu terdapat tempat bagi umat kelenteng untuk menyalakan lilin.

Aneka lampion dan ornamen menghias di bagian atas ruangan. Sedangkan di bagian depan sisi tengahnya terdapat sebuah hiolo yang cukup besar dan berwarna keemasan.


Hiolo itu juga dihiasi dengan ornamen kepala naga di sisi depan dan di keempat kakinya,  serta ornamen  dua ekor naga menempel yang menemmpel di kiri dan kanan hiolo.
 
Di sebelah kanan dan kiri kelenteng ini juga terdapat ruangan lainnya seperti ruangan serba guna, gudang dan sebagainya.


Setelah merasa cukup mendapatkan foto-foto, saya kemudian berpamitan pada pengurus kelenteng. 
 

                               Mudahnya Transaksi ONline Dengan IPAYMU   
Akhirnya, saya mendapatkan tambahan pengalaman berkunjung ke tempat ibadat Tri Darma di Kelenteng yang ada di daerah yang terkenal dengan makanan Pudak-nya  ini

  
 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :

Misteri Masjid Jin Yang Indah dan Megah
Wisata Religi Ke Pura Di Jawa Timur  
Masjid Muhammad Cheng Hoo Yang Berhias Lampion 
Keunggulan Bergabung dan Menulis di Vlog - Vivanews   
Jejak Tragedi Gerbong Maut Di Museum Brawijaya
 
Jejak Kebesaran Sunan Giri Di Gresik
Mahkota Emas Kerajaan Dan Kesultanan Di Nusantara
 

Patung Budha Yang Indah dan Unik Di Jawa Timur 
Kelenteng Dengan Lukisan Kuno Yang Indah  
Jejak Budaya Masa Lampau Di Makam Sunan Bonang
Gereja Yang Indah Dan Unik Di Jawa Timur 
 

Eksotisme Wisata Air Terjun Sri Gethuk

Swastika Ala Nazi Di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Nuansa Seram Dalam Ritual Sumpah Pocong
Mengenang Gus Dur Di Kelenteng Boen Bio
Menikmati Surabaya Dengan Surabaya Heritage Track 
Legenda Kwan Kong Di Kelenteng Kwan Sing Bio

Suharto, Hercules Bergigi Baja Dari Tuban  
Masjid Aschabul Kahfie Di Dalam Gua Yang Unik 
Megahnya Istana Kaisar Di Kelenteng Kwan Sing Bio
Nostalgia Masa Kecil Di Museum Anak Kolong Tangga

Ovi, Gadis Hulk Yang Perkasa Dari Tuban 
Menguji Nyali Di Tebing Watu Ondo
Mengenang Fenomena Aneh Gadis Kristal Di Tuban
Camilan Ampo Yang Terbuat Dari Tanah 
Ongkek Yang Langka Di Museum Kambang Putih Tuban 

Dinding Jebol Jejak Pelarian Pangeran Diponegoro
Foto Rongten Korban Santet Di Surabaya
Mobil Rolls Royce Kuno Milik Dinasti Sampoerna



 
================================================================







Sabtu, 30 Maret 2013

Berwisata Religi Di Bumi Wali

Bumi Wali adalah salah satu sebutan bagi Kabupaten TubanJawa Timur. Pasalnya, di daerah ini banyak terdapat  Makam wali atau orang- orang yang dianggap berjasa dalam syiar agama Islam di Pulau Jawa.

Makam-makam itu seriap harinya didatangi oleh banyak pengunjung dari berbagai daerah. Berbagai keperluan menyertai kunjungan mereka kesana dari sekedar berwisata, wisata religi atau wisata dengan minat dan keperluan khusus.

 


Berikut ini adalah beberapa destinasi wisata religi di Tuban :

1. Makam Sunan Bonang

Makam Sunan Bonang berada di Pusat Kota, tepatnya di belakang Masjid Agung Tuban.Seperti halnya tempat Wisata religi Walisongo lainnya, memasuki kawasan wisata Religi makam Sunan Bonang banyak terdapat Deretan Toko dan kios dengan beraneka barang dagangannya.

Pada bagian awal memasuki kawasan ini akan tampak tiruan Gapura berbentuk paduraksa. Jarak sekitar 100 meter selanjutnya ada gapura dengan satu pintu masuk di bagian tengah. Gapura itu cukup rendah sehingga untuk memasuki harus dengan agak menunduk.

Gapura yang berwana putih dengan hiasan tulisan arab di bagian atas dan Ukir-ukiran itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan atap terbuat dari kayu dan berbentuk sirap. Melewati gapura ini sekitar 10 meter berikutnya ada lagi gapura berbentuk paduraksa dan dengan tinggi sekitar 5 meter.

Pada gapura yang pada beberapa bagiannya banyak ditumbuhi Lumut ini terdapat tiga pintu masuk. Pintu masuk di bagian tengah tampak lebih tinggi dibanding pintu masuk di sebelah kanan dan kirinya.

Sayangnya, keberadaan banyak lapak di sekitar gapura itu terasa cukup mengganggu pengunjung untuk menikmati keindahan bangunan gapura.Meja atau tenda-tenda lapak tampak menutupi bagian depan gapura sehingga praktis bangunan gapura ini tidak tampak bentuknya jika dilihat dari bagian depan. Bentuk bangunan gapura ini baru terlihat dari bagian belakangnya.

Pada beberapa bagian dinding gapura terdapat lubang-lubang berbentuk lingkaran yang mungkin dulunya merupakan tempat ditempelkannya beberapa keramik kuno.
 

Tapi entah karena faktor penjarahan atau yang lainnya, kini tak ada satupun keramik Kuno yang tersisa dan menempel pada dinding gapura itu. Melewati gapura ini terdapat masjid Astana Sunan Bonang dan kantor.


Pada bagian utara masjid ini terdapat makam dengan beberapa batu nisannya yang berbentuk kuno. Di kanan dan kiri terdapat bangunan berpagar besi dan beratap kayu yang digunakan untuk menyimpan benda-benda Purbakala seperti nisan batu berukir, batu berbagai bentuk, lumpang batu dan sebagainya.

Sedangkan di bagian tengahnya tampak berdiri kokoh gapura paduraksa yang telah mengalami pemugaran pada beberapa tahun yang lalu. Gapura ini tampak lebih aman dari jarahan Tangan-tangan jahil. Di gapura masih banyak terdapat Hiasan keramik kuno yang menempel di dinding. Keramik-keramik berbentuk lingkaran itu berwarna putih, krem dan biru dengan hiasan tulisan Arab dan Motif  lainnya di bagian tengah dan tepinya.

Di belakang gapura ini terdapat Bangunan dinding yang disebut Gapura Kelir setinggi 1,5 meter dan panjang 4 meter dengan piring keramik kuno sebanyak 17 buah yang beraneka ukuran menempel pada dindingnya. 



Makam Sunan Bonang itu sendiri terletak sekitar 50 meter dari gapura ini dengan berada di antara banyak makam. Makam Sunan Bonang yang dikelilingi oleh makam beberapa kerabatnya itu berada pada bangunan yang berbentuk cungkup dengan Kemuncak ( hiasan puncak bangunan ) terbuat dari perunggu.

Atapnya juga berbentuk sirap yang terbuat dari Kayu yang cukup rendah. Pengunjung yang berziarah dan memasuki Ruangan makam Sunan Bonang ini dibatasi jumlahnya. Sedangkan pengunjung lainnya berziarah dan berdoa dengan duduk bersimpuh atau bersila di luar ruangan makam.

  

  
Banyaknya pengunjung yang berziarah dan berwisata religi ke makam Sunan Bonang ini menjadikan rangkaian bacaan doa, tahlil dan Ayat-ayat suci Al Quran senantiasa mengalun seolah tiada hentinya dari makam sang Sunan.

Sunan Bonang dikenal bernama Raden Maulana Makdum Ibrahim dan diperkirakan lahir tahun 1465 dan wafat 1525. Merupakan putra Raden Rahmat atau lebih dikenal Sunan Ampel dalam pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila. Dalam syiar islam di Nusantara, Sunan Bonang menggunakan pendekatan dengan tasawuf dan Sastra. 

Salah satunya dengan adanya suluk-suluk ( semacam puisi, tembang atau lagu ) ciptaan Sunan Bonang dengan bahasa prosa, yang berisikan tentang ajaran Islam. Kitab ini dinamakan Suluk Kangkung Sunan Bonang, dan kemungkinan berisikan ajaran-ajaran Sunan Bonang yang diberikan kepada murid-muridnya.


=====================================================================


Break Session :

Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :

Misteri Masjid Jin Yang Indah dan Megah
Wisata Religi Ke Pura Di Jawa Timur  
Masjid Muhammad Cheng Hoo Yang Berhias Lampion 
Keunggulan Bergabung dan Menulis di Vlog - Vivanews   
Jejak Tragedi Gerbong Maut Di Museum Brawijaya
 
Jejak Kebesaran Sunan Giri Di Gresik
Mahkota Emas Kerajaan Dan Kesultanan Di Nusantara



Patung Budha Yang Indah dan Unik Di Jawa Timur 
Kelenteng Dengan Lukisan Kuno Yang Indah  
Jejak Budaya Masa Lampau Di Makam Sunan Bonang

Gereja Yang Indah Dan Unik Di Jawa Timur 



 




================================================================

2. Makam Sunan Ibrahim Asmaraqondi 

Selain makam Sunan Bonang , di daerah  juga terdapat makam wali penyebar  agama Islam yang lainnya yaitu Makam Sunan Ibrahim Asmaraqondi.
Makam yang juga banyak didatangi oleh para peziarah ini berada di Desa Gesikharjo Kecamatan Palang, sekitar 10 km arah timur dari pusat kota. Lokasinya sekitar 100 meter kea rah selatan dari Jalan Raya Pantura yang berada di tepi Laut Jawa menuju kea rah Lamongan.

Dari tepi jalan raya itu tampak gerbang kawasan wisata Religi Makam Sunan Ibrahim Asmaraqondi. Makam itu berwarna hijau dan kuning yang cerah dan mencolok. Pada bagian dinding gerbang itu terdapat  berebrapa hiasan dan ornament.

Yang menarik, di gerbang itu tertulis ajaran dari Sang Sunan yaitu  Sabar  , Neriman ( Menerima ) , Ngalah ( Mengalah ) , Loman ( Suka memberi ) , Akas ( Giat ) dan Temen ( bersungguh-sungguh ).

Berikutnya juga terdapat gerbang yang bentuk dan warnanya hampir sama dengan gerbang yang pertama. Tak jauh dari gerbang yang kedua ini terdapat masjid Sang Sunan yang cukup besar dan megah. Masjid itu sudah mengalami pembangunan sehingga sudah tidak terlihat bangunan aslinya.
Di sebelah selatan masjid terdapat gapura paduraksa. Sedangkan di sebelah barat atau tepat di belakang masjid terdapat makam Sunan Ibrahim Asmaraqondi. Makam ini tampak cukup megah dengan cungkup yang terbuat dari kayu jati pilihan.

3. Makam Sunan Bejagung


BEJAGUNG adalah nama sebuah Desa di kecamatan Semanding, Kabupaten TubanJawa Timur. Sekitar 5 km arah selatan dari Pusat kota Tuban.Entah ada keistimewaan apa dengan daerah ini karena disana banyak terdapat Makam para ulama dan aulia penyebar syiar agama Islam yang dikeramatkan oleh Warga setempat. Makam-makam itu semuanya dalam bentuk Kuno dengan memancarkan nuansa sakral dan mistisnya.


Salah satunya adalah Makam Sunan Bejagung. Makam Sunan Bejagung ini sendiri ada dua yaitu makam Sunan Bejagung Lor ( Utara ) dan makam Sunan Bejagung Kidul ( Selatan ) yang masing-masing dipisahkan oleh ruas jalan Kampung.

Entah apa pula sebabnya di desa ini bisa terdapat dua makam Sunan Bejagung. Diantara dua makam Sunan Bejagung itu, makam Sunan Bejagung Lor lebih populer  dengan dikunjungi  para peziarah dan pegiat Wisata Religi.


Cukup mudah untuk menuju ke makam Sunan Bejagung ini karena lokasinya yang tak jauh dari jalan raya Semanding dan berada di depan pemakaman Ningrat Tjitrosoman . Dari jalan raya ini sudah tampak gapura atau Gerbang  di jalan  kampung menuju kompleks makam Sunan Bejagung Lor.

Memasuki kompleks makam Sunan Bejagung Lor ini terdapat gapura Supit Urang ( Capit Udang ) dengan bentuknya yang khas. Di bagian atas gapura terdapat tulisan angka tahun 1826 dan tulisan dalam huruf Arab.

 Setelah itu terdapat masjid Sunan Bejagung yang sudah dipugar dan direnovasi.Tak jauh dari masjid ini di bagian selatannya terdapat  bangunan pendapa  yang sudah  repesentatif dan berlantai keramik untuk tempat berkumpul para jamaah masjid atau peziarah. Di belakang pendapa ini  terdapat gapura kecil dengan bentuknya yang kuno.

Di belakang dan sekitar gapura ini terdapat tumpukan batu bata merah yang disusun dengan formasi tertentu. Selain itu juga terdapat dua bangunan pendapa di kanan kirinya dengan  beratapkan daun rumbia dan berlantai pasir. Pendapa dengan arstitektur tradisional  ini juga berfungsi sebagai tempat berkumpul dan beristirahat para peziarah.

Melewati  bagian ini terdapat gapura lagi yang berbentuk cukup unik dan rendah. Bagi peziarah yang berpostur tubuh yang jangkung tentu harus dengan merunduk  ketika melewatinya.

Di sekitar gapura ini terdapat pepohonan yang besar dan rindang yang seolah semakin menambah nuansa sakral dan magis kawasan ini.Ada juga sebuah sumur  tua yang disebut Sumur Gemuling karena untuk menimba airnya dengan dasar sumur yang sangat dalam sekitar 40 meter harus dengan menggulingkan roda kayu yang sudah dilengkapi dengan tali dan timba.

 
Air dari sumur ini dipercaya oleh warga setempat dan peziarah berkhasiat bisa menyembuhkan berragam jenis penyakit, utamanya penyakit kulit. Karena itu banyak warga yang menggunakan air sumur itu  untuk berbagai keperluan.


Bahkan pada hari-hari tertentu ada juga warga yang mengadakan selamatan dengan menggelar  tikar di sekitar sumur tua yang selalu ditutup rapat bila sedang tidak digunakan  ini. Untuk mengambil air sumur itu ada petugas yang mengambilkannya.  Mereka yang berminat dengan air itu cukup mengisi kotak amalnya saja sebagai ganti jasa menimba.


Melewati gapura ini terdapat beberapa gentong berisi air. Banyak peziarah  yang mengambil  dan langsung meminum air  mentah dalam gentong itu.Di sekitarnya terdapat pemakaman warga dengan beberapa makam kuno yang diberi cungkup dan batu nisannya berselubung kain kafan.
 
Sedangkan di bagian tengah terdapat gapura yang kecil dan rendah yang terbuat dari batu bata yang disemen. Sekitar 10 meter berikutnya terdapat gapura berbentuk Paduraksa seperti yang biasa terdapat di makam Walisongo.


Sekitar 10 meter di belakangnya juga terdapat  gapura lagi dengan terbuat dari kayu dan berhiaskan ukiran pada beberapa bagiannya.

Setelah melewati beberapa gapura yang di kanan kirinya terdapat banyak makam dengan batu nisannya itu barulah sampai di makam Sunan Bejagung Lor yang bentuk cungkup makamnya cukup modern seperti bangunan rumah biasa yang sekilas tak menampakkan nuansa sakral dan mistisnya.

Nuansa sakral dan mistis itu justru terasa dari adanya makam-makam kuno  dengan batu nisan yang berselubung kain kafan di sekitarnya. Di antara makam-makam kuno itulah peziarah memanjatkan doa dan bacaan kitab Al Quran  . 

Makam Sunan Bejagung Lor itu berada dalam ruangan  dengan pintu yang  biasanya tertutup  rapat. Makam ini memiliki panjang sekitar 3 meter dengan bercat warna emas dan berselubung kain beludru berwarna kuning.

Batu nisannya berselubung kain beludru berwarna hitam dengan hiasan tulisan Arab. Tumpukan bunga setaman dari peziarah terlihat di nampan yang berada di sekitarnya.

Menurut sejarahnya, Sunan Bejagung Lor merupakan aulia penyebar agama Islam yang berasal dari Palembang dan bernama Muhdin Asy’ari. Wara setempat biasa menyebutnya dengan nama Mbah Modin Ashari.
 

Aulia ini begitu merakyat dengan segala kisah dan karomahnya. Bahkan karena kekeramatan dan kesakralannya, di makam Sunan Bejagung ini sering digunakan sebagai lokasi ritual Sumpah Pocong sebagai solusi penyelesaian  terakhir bagi  warga yang bersengketa.

 

Ritual sumpah pocong itu biasanya dilakukan di dalam masjid Sunan Bejagung dengan  dipimpin oleh ulama setempat dengan membacakan sumpah dan doa bagi mereka yang bersengketa. Konon, ritual ini juga dilakukan dengan memercikkan air yang diambil dari sumur Gemuling.
 
Bagi mereka yang berdusta atau memberi keterangan dan kesaksian palsu bisa dipastikan segera mendapatkan musibah bila mereka berani melakukan ritual sumpah Pocong ini.