Rabu, 27 Maret 2013

Api Abadi Yang Tak Bisa Padam Di Bojonegoro

Api Abadi adalah sebutan untuk semburan api di tengah hutan jati di daerah Bojongeoro. Api itu sangat unik karena tidak pernah padam walau diguyur oleh hujan yang paling deras sekalipun.

Banyak wisatawan yang berkunjung kesana untuk menyimak keunikannya. 


 
Bahkan ada juga yang membakar jagung atau membuat ayam panggang dan ayam bakar dengan memanfaatkan panas dari api itu.
   
Api itu adalah salah satu bukti betapa besarnya kandungan gas panas bumi di Bojonegoro.
_____________________________________ 
 
___________________________________
    Selain api abadi itu juga ada bukti lainnya yaitu adanya penambangan minyak baik secara modern atau tradisional yang juga berada di tengah kawasan hutan jati. 




Berikut ini saya mengajak Anda untuk ikut menikmati pemandangan yang ada disana.

1. Kayangan Api 
Nama Api Abadi juga biasa dikenal dengan nama Kayangan Api yang berada di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem. 





Lokasi wisata Kayangan Api itu sekitar 28 km arah barat daya dari pusat kota Bojonegoro.
Lokasinya berada di dalam hutan dengan vegetasi utama pohon jati. Selama perjalanan menuju ke Kayangan Api, selain deretan pohon jati, juga bisa dijumpai aktifitas warga yang sedang mencari ranting kayu sebagai bahan bakar.
______________________________________________ 
 Dapatkan Poin Gratis Di Surfactif 
   


_______________________________________________
   Sekitar 75 meter dari gerbang masuk terdapat sumber api Kayangan Api yang berupa tumpukan batu. 
Di sekitar tumpukan batu itu mengeluarkan lidah api yang menimbulkan hawa panas di sekitarnya dengan mengeluarkan bau menyengat ala gas elpiji.Sumber api itu dikelilingi dengan pagar  yang terbuat dari besi dengan bentuk melingkar  berdiameter sekitar 8 meter. 




Di sekitarnya  terdapat  empat candi Kelir yang masing-masing candi itu  dikawal dengan sebuah patung Dwarapala pada sudut kanannya.
Di bagian timur sumber api  ini terdapat sebuah pohon jati yang cukup besar dan tinggi . Sesuai dengan legenda tentang Kayangan Api, lokasi sekitar pohon itu merupakan petilasan yang  konon dulunya menjadi tempat bersemedinya Mpu Kriya Kusuma atau Supagati, seorang Empu ( pembuat keris ) yang sakti pada masa kerajaan Majapahit.
Di sekitar petilasan ini terdapat situs purbakala yang pada pertengahan Desember   tahun 2010 telah diadakan penggalian dan penelitian oleh Tim Arkeolog dari Universitas Indonesia. 



Dalam penggalian dan penelitian itu didapatkan penemuan tumpukan batu batu yang berwarna merah  yang berukuran   cukup panjang dan besar.
Tumpukan batu bata yang terbuat dari tanah liat itu diduga merupakan bagian bangunan dari pura atau candi dengan aktifitasnya yang berkaitan dengan Kayangan Api di masa lampau.

Sayang , situs purbakala itu sekarang keadaannya seperti terlantar. Tanpa perawatan dan perlindungan pagar yang khusus, banyak pengunjung yang begitu mudahnya menginjak-injak situs purbakala itu.

Di sebelah barat sumber api sekitar 80 meter terdapat sumber air yang berwarna hijau dan bergelembung yang disebut dengan nama Sumber air Blekutuk.
Dari bau yang menguar di sekitarnya , sumber air itu mengandung belerang. Namun uniknya,  air  pada sumber  air Blekutuk ini bersuhu dingin. Berbeda halnya dengan sumber air yang mengandung belerang yang biasanya bersuhu hangat atau panas.
=====================================================================

Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :

Misteri Masjid Jin Yang Indah dan Megah
Wisata Religi Ke Pura Di Jawa Timur  
Masjid Muhammad Cheng Hoo Yang Berhias Lampion 
Keunggulan Bergabung dan Menulis di Vlog - Vivanews   
Jejak Tragedi Gerbong Maut Di Museum Brawijaya
 
Jejak Kebesaran Sunan Giri Di Gresik
Mahkota Emas Kerajaan Dan Kesultanan Di Nusantara


Patung Budha Yang Indah dan Unik Di Jawa Timur 
Kelenteng Dengan Lukisan Kuno Yang Indah  
Jejak Budaya Masa Lampau Di Makam Sunan Bonang

Gereja Yang Indah Dan Unik Di Jawa Timur 
 



 
================================================================

2. Penambangan Minyak  

Di tengah serbuan operator minyak raksasa dan multinasional di daerah Bojonegoro - Jawa Timur, ternyata disana ada aktifitas warga setempat yang menambang minyak secara tradisional. Aktifitas itu telah mereka lakukan sejak lama dan berlangsung sampai saat ini yang menjadi salah satu roda penggerak perekonomian warga.
Sangat menarik berkunjung dan menyimak aktifitas penambangan minyak secara tradisional disana. Sayang pemerintah daerah setempat tak menyadari potensi wisata yang unik dan langka itu sebagai wisata andalan. Padahal dengan sentuhan kreatifitas dari pemerintah, aktifitas penambangan minyak oleh warga itu bisa dikemas menjadi wisata unggulan  mengingat begitu minimnya destinasi wisata di Bojonegoro.

Potensi wisata itu adalah Penambangan minyak Tradisional yang banyak terdapat di salah satu kawasannya yaitu di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan dan desa di sekitarnya.
Para warga menambang minyak di titik-titik sumur minyak peninggalan Belanda.

 Dengan berbekal peta Lama yang memuat denah dengan lokasi titik-titik sumur minyaknya, warga dengan bekerja secara berkelompok dan bersama-sama kemudian mencari, menggali dan menambang sumur minyak itu.Sumur-sumur itu dulu memang pernah digunakan dan dioperasikan fungsinya oleh Belanda pada Jaman Penjajahan.

Setelah Belanda kalah perang dan sebelum meninggalkan Indonesia, mereka menimbun sumur-sumur minyak itu dengan Tanah karena Belanda tidak ingin bangsa Indonesia menggunakan dan menikmati hasil minyak dari sumur-sumur itu.
Ada sekitar seratusan lebih sumur minyak yang terdapat di daerah Wonocolo ini. Bentuk penambangan sumur itu sangat khas dengan adanya tonggak-tonggak kayu yang kokoh, Warna Merah dari nyala api pada tungku pembakaran dengan asap hitamnya yang membumbung tinggi .

Proses , pengolahan dan peralatan penambangan minyak itu juga dilakukan dengan sangat sederhana.Dengan menggunakan tenaga mesin dari kendaraan truk yang sudah uzur, minyak mentah yang disebut lantung dan berwarna coklat pekat itu ditimba dengan menggunakan sling baja dan timba besi yang disebut dengan Timbel.
Timbel itu berbentuk seperti peluru dengan panjang sekitar 3 meter yang dilengkapi dengan katup di bagian pucuknya.

Ketika timbel terangkat ke permukaan tanah, petugas yang berjaga di sekitar sumur kemudian menggulingkan timbel itu untuk mengalirkan Lantung ke Bak penampungan.

Di Bak penampungan itu, Lantung yang masih bercampur dengan Air pun mulai memisah antara air dan minyak mentahnya.

Minyak mentah itu tampak berwarna hitam dengan mengumpul dan mengapung di permukaan air.
Oleh petugas lainnya, lantung murni itu kemudian diserok dan ditampung di jerigen-jerigen yang selanjutnya dibawa ke tungku pemanasan.
Di tungku pemanasan itulah dengan melalui proses destilasi atau penyulingan dengan tingkat panas tertentu, lantung akan menjadi bahan bakar lainnya seperti bensin, minyak tanah atau solar.
Biasanya penambang akan mengolah lantung itu menjadi solar karena mudah pemasarannya dan masing-masing titik sumur  sudah ada bakul langganan tetapnya.
Solar hasil dari penambangan minyak tradisional ini banyak diminati oleh para sopir Angkutan Umum yang ingin menekan biaya operasional karena harganya yang lebih Murah dari harga solar di pasaran.
Andai Pemerintah daerah setempat menyadari akan potensi wisata yang terpendam dari Kayangan Api dan  penambangan minyak tradisional ini, tentu mereka akan lebih optimal dengan menjadikannya sebagai destinasi wisata andalan di Bojonegoro.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar