Senin, 30 Juli 2012

Peduli Sejarah dan Budaya Ala Bol Brutu

Ada catatan yang menarik ketika saya menyimak pameran foto-foto Candi Marjinal di House Of  Sampoerna – Surabaya. Juni-Juli 2012.  Yaitu tentang komunitas  Gerombolan Pemburu Batu ( Bol Brutu ) sebagai pelaksana pameran itu.

Rasa salut dan kagum saya begitu membuncah pada aktifitas dan kegiatan Bol Brutu itu. Melalui karya foto-foto mereka yang saya repro dan tampilkan dalam blog ini, kita seakan diajak langsung menyimak benda-benda bersejarah yang terdapat di beberapa daerah di nusantara. Terasa seperti ikut terlibat dalam kegiatan itu dan berada langsung di lokasinya.

Secara perlahan namun pasti, komunitas dengan kepedulian pada benda-benda dan budaya yang bersejarah ini mulai menunjukkan eksistensinya dengan mendapatkan berbagai apresiasi dari berbagai pihak.
Karena pada dasarnya ,  Bol Brutu memiliki tujuan mulia, yaitu mengingatkan kita bahwa di suatu tempat di nusantara masih banyak  terdapat benda-benda bersejarah yang menyimpan ribuan cerita kehidupan pada masa lampau. Banyak diantara benda-benda dan situs-situs purbakala itu yang seolah terlupakan keberadaannya.

 
Komunitas ini terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. Bol Brutu sebagai komunitas dimulai semenjak Oktober 2009 ketika Kris Budiman, Cuk Riomandha, Ery Jabo dan Putu Sutawijaya bersama-sama mengunjungi situs sejarah Kyai Sadrach di Purworejo, Jawa Tengah. 

Merasa cocok, kelompok yang belum punya nama saat itu kemudian kembali melakukan beberapa perjalanan lainnya dengan  mengunjungi aneka macam situs bersejarah mulai dari makam kuno, masjid dan klenteng tua, hingga gereja dan bangunan kolonial, serta situs prasejarah. Lokasi yang mereka kunjungi pada umumnya adalah situs marginal, yang hampir jarang didengar atau disadari keberadaannya oleh kebanyakan orang.


Pada bulan  Maret 2010, komunitas ini akhirnya diberi nama  ‘ Bol Brutu ‘ yang merupakan akronim dari Gerombolan Pemburu Batu.Sebagai ikon komunitas , Bol Brutu menggunakan Dewa Gana yang bertubuh cebol dan gendut. Bol Brutu itu sendiri diambil dari kata  dalam bahasa Jawa yang artinya organ pembuangan.

Mungkin penggunaan nama Bol Brutu itu setidaknya bisa menjelaskan salah satu tujuan komunitas ini yaitu memberikan perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya yang selama ini dianggap tabu, tidak penting dan marjinal.
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :
Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  







================================================================
Kegiatan Bol Brutu yang telah dilakukan selama ini diantaranya adalah menjelajah dan menelusuri situs-situs besersejarah seperti candi, prasasti, bangunan kuno, makam-makam kuno, masjid-masjid tua, bangunan-bangunan kolonial dan sebagainya.  Mereka juga mendokemntasikannya baik dalam bentuk foto, lukisan atau sketsa.

Setelah memiliki fanpage di Facebook, semakin banyak orang yang berminat untuk bergabung dengan komunitas ini. Anggota Bol Brutu itu sendiri dikenal dengan sebutan Brutuis.
Komunitas Bol Brutu selama ini sudah menjelajahi berbagai daerah di Yogyakarta, Magelang, Solo, Semarang, Kudus, Mojokerto, Malang, Surabaya, Lumajang, Blitar, Bali dan bahkan sampai ke Sumatera. 

Dengan adanya komunitas Bol Brutu ini, proses sadar dan peduli pada sejarah dan budaya Indonesia pada masa lampau  menjadi hal yang menyenangkan karena ‘  blusukan ‘ ( penjelajahan ) itu  dilakukan dengan santai sambil jalan-jalan, wisata kuliner, dan juga bisa menyalurkan hobi fotografi.

Bol Brutu juga aktif mengadakan pameran foto dan dilengkapi dengan beberapa  benda-benda purbakala di berbagai daerah. Uniknya dalam setiap karya foto yang ditampilkan itu tidak menampilkan lokasi obyek foto secara detail. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi niat jahat oknum yang ingin mendatangi situs-situs purbakala itu dan menjarahnya.
Selain itu, pada tgl  29 Januari 2012 , Komunitas Bol Brutu menggelar acara peluncuran buku setebal 104 halaman berjudul  "How Brutu Are You? Bol Brutu dan Situs-Candi Hindu-Buddha"  di Sangkring Art Project Nitiprayan, Yogyakarta.
  









Tidak ada komentar:

Posting Komentar