Karena selain di sana terdapat wisata utama berupa gas alami yang senantiasa menyemburkan api dan panasnya yang tak kunjung padam. Juga terdapat situs yang bersejarah yang konon berupa bangunan candi.
Namun ketika berada disana, sosok bangunan candi itu ternyata tak ada. Yang ada hanyalah
beberapa batu bata yang berwarna merah dan berukuran cukup besar. Batu bata
merah itulah yang merupakan bukti jejak
bangunan bersejarah itu dari hasil penggalian dan eksavakasi oleh para
ahli arkeologi pada tahun 2010.
Mengutip data dari sumber berita Antara, ekskavasi dilakukan sejak 13 hingga 19 Juli 2011 itu dengan membuka 30
galian seluas 40 x 35 meter. Ekskavasi dengan kedalaman 0,50 meter dilakukan untuk meneruskan lima galian di lokasi setempat.
Tempat tersebut berisi tumpukan batu bata kuno yang ditemukan pada tahun
2010.
Berdasarkan lima galian itu, Tim UI yang diketuai dosen UI,
Dr Ali Akbar, yang melakukan pemetaan sebelumnya dan memprediksi bahwa di
bawah tumpukan batu bata kuno tersebut terdapat sebuah bangunan berupa
candi kuno.
Selama sepekan, tim yang
melakukan ekskavasi masih belum berani mengambil kesimpulan mengenai
hasil penggalian. Ketika penggalian berlangsung dua hari, tim melakukan perekaman arkeologi
di 30 galian, yang lebarnya masing-masing 2,5 x 2,5 meter. Di sebagian
besar galian ditemukan tumpukan batu bata kuno.
Saat itu tim belum bisa
menentukan apakah tumpukan batu bata kuno ini merupakan bangunan rumah,
candi, atau hanya tumpukan batu bata dari sebuah jalan.
Alasannya,
selama ekskavasi belum ditemukan titik tengah atau patokan yang bisa
menggambarkan tumpukan batu bata kuno tersebut.Tiap-tiap batu bata kuno yang ditemukan tersebut memiliki
panjang 30 sentimeter dan lebar 15 sentimeter dengan ketebalan 5
sentimeter. Batu bata itu lebih lebar dibandingkan batu bata di era
sekarang ini.
Di semua galian tersebut, selain ditemukan batu bata warna
merah, juga ditemukan batu bata warna putih yang berasal dari batu
gamping dan jumlahnya berkisar 10 persen dari keseluruhan.
Dalam
penggalian itu, tim Arkeologi juga menemukan besi yang sudah berkarat dengan
panjang 30 sentimeter yang mirip sebuah tombak.
Tim UI dalam ekskavasi itu terdiri lima dosen UI, yaitu,
Dr Ali Akbar, Dr R Cecep Eka Permana, Dian Sulistyowati, Agi Ginanjar,
dan Isman Pratama Nasution, dibantu 15 mahasiswa jurusan Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Studi Arkeologi UI.
Saat ini deretan batu bata kuno yang tampak
berserakan itu berada di sebelah timur lokasi api abadi dan di bawah
naungan pepohonan jati. Pada salah satu
pohon jati itu terdapat petilasan Mpu
Kriya Kusuma. Konon, Mpu Kriya Kusuma adalah seorang pembuat keris yang sakti
dan mandraguna pada masa kerajaan Majapahit.
Batu bata itu berderet memanjang yang
terpisahkan oleh seruas jalan berpaving di bagian tengahnya. Bisa jadi
keberadaan jalan paving ini telah
merusak kawasan situs candi itu karena
pada saat pembangunannya dulu mungkin
telah ditemukan dan diketahui tentang adanya batu-batu bata itu.
Bila Petilasan Mpu Kriyo Kusuma dilindungi
dengan pagar besi, namun tidak demikian halnya dengan batu-batu bata itu yang
dibiarkan terlantar begitu saja tanpa ada papan informasi yang menjelaskan
bahwa batu-batu itu merupakan situs bersejarah.
Bagi
pengunjung wisata ini yang belum tahu
tentang sejarah keberadaan batu bata itu, mungkin mereka akan menganggapnya
sebagai onggokan batu biasa saja yang
tak bermakna. Tanpa adanya pagar
pelindung, bisa jadi juga mereka akan
melangkahkan kaki dengan leluasanya
sambil menginjak batu-batu bata itu.
Instant Access To Get Freelancer Jobs
====================
Baca juga dan Klik artikel menarik berikut ini :
Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban
Main Game = Dapat Dollars
Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban
Main Game = Dapat Dollars
di Link berikut ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar