Namun ternyata di balik pesona keindahannya itu, Gunung Bromo juga menyimpan potensi maut yang mengancam bagi wisatawan.
Hal ini berkaitan dengan sangat minimnya sarana dan prasarana bagi keselamatan dan kenyamanan pengunjung. Potensi mau yang menancam bagi pengunjung itu yang paling mencolok adalah tangga menuju kawah Gromo yang pada beberapa bagiannya dalam keadaan rusak parah.
Kerusakan itu mungkin sudah lama terjadi dan semakin parah keadaannya setelah Gunung Bromo ini meletus dalam skala kecil pada beberapa bulan yang lalu.
Terasa sangat mengkhawatirkan ketika saya menaiki dan menuruni tangga yang menuju ke kawah gunung bromo itu. Dengan nafas yang tersengal-sengal mengingat luasnya medan lautan pasir yang baru saja saya lalui, ternyata tangga itu banyak yang rusak.
Padahal tangga itu merupakan satu-satunya akses jalan yang sangat penting dan vital bagi wisatawan untuk bisa menuju ke kawah Gunung Bromo dan menimati keindahannya. Dengan sudut kemiringan lerengnya yag cukup ekstrim plus sengatarn terik matahri, tangga itu sangat penting bagi wisatawan untuk berpegangan ketika sedang kecapekan dan butuh beristirahat selama beberapa saat sambil berpegangan pada pagar pembatas tangga.
Padahal tangga itu merupakan satu-satunya akses jalan yang sangat penting dan vital bagi wisatawan untuk bisa menuju ke kawah Gunung Bromo dan menimati keindahannya. Dengan sudut kemiringan lerengnya yag cukup ekstrim plus sengatarn terik matahri, tangga itu sangat penting bagi wisatawan untuk berpegangan ketika sedang kecapekan dan butuh beristirahat selama beberapa saat sambil berpegangan pada pagar pembatas tangga.
Namun ironisnya, tangga itu banyak yang rusak dan putus sama sekali tanpa ada tempat untuk berpegangan bagi wisatawan. Akibatnya banyak dari mereka yang beringsut secara perlahan untuk berpindah ke sisi tangga yang lainnya agar bisa berpegangan dan melanjutkan perjalanannya.
Kerusakan juga bisa dijumpai pada pagar pembatas yang berada tepat di tepi kawah Gunung Brama. Pagar pembatas itu bahkan sampai terlihat kerangka besinya.
Dengan semburan asap dan bau belerang yang selalu menguar dari dalam kawah Gunung Bromo dan terpaan badai pasir di atas puncak, tentu Bisa Anda bayangkan bagaimana resiko buruk yang bisa terjadi bagi wisatawan ketika berada ditepi kawah tanpa ada pagar pembatas dan pengaan yang representatif.
Dengan semburan asap dan bau belerang yang selalu menguar dari dalam kawah Gunung Bromo dan terpaan badai pasir di atas puncak, tentu Bisa Anda bayangkan bagaimana resiko buruk yang bisa terjadi bagi wisatawan ketika berada ditepi kawah tanpa ada pagar pembatas dan pengaan yang representatif.
Maut yang sama juga mengancam pengunjung ketika melewati tangga itu. Selain tidak begitulebar, tangga itu juga sangat licin karena pada lantai tangga dipenuhi dengan butiran pasir Gunung Bromo.
Parahnya, di kawasan wisata Gunung Bromo ini tidak terdapat posko keselamatan bagi wisatawan dengan petugas medis plus obat-obatan dan peralatan kesehatan yang berjaga setiap saat.
Sekedar gazebo atau gerdu pandang sebagai untuk tempat untuk berteduh dan beristirahat sejenak pun tak ada. Bangunan yang cukup reprsentatif yang ada hanya bangunan toilet umum
Entah bagaimana perhatian dan tangapan dsari pemerintah daerah setempat dan pihak-pihak terkait lainnnya dengan rusaknya dan minimnya prasarana bagi wisatawan di Gunung Bromo ini. Sebuah hal yang sangat ironis mengingat pesona keindahan Gunung Bromo ini sudah Go International.
Dengan minimnya sarana dan prasarana itu, bia dibayangkan seandainya ada wisatawan yang celaka ketika sedang berada di Gunung Bromo, penanganan pada korban bisa dipastikan cukup terlambat. Walaupun ada Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ), namun lokasinya yang terdekat denan Gunung Bromo pun masih cukup jauh dan harus melewati lautan pasir sekitar 3 km terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar