Kamis, 20 Desember 2012

Aksi Premanisme Di Air Terjun Madakaripura

Mendengar nama Probolinggo, benak kita umumnya tertuju pada Pesona keindahan wisata Gunung Bromo dengan upacara tradisi Kasada. 

Selain itu, sebenarnya Probolinggo juga punya mutiara wisata lainnya yang menawan.
 
 Yaitu Air Terjun Madakaripura, yang konon dipercaya pada jaman dulu menjadi tempat semedi Patih Gajah Mada. 
 

Lokasinya yang cukup jauh dengan medan yang cukup berat dan  minimnya angkutan umum yang menuju ke lokasinya menjadikan Wisata yang satu ini seolah tenggelam.


Air terjun Madakaripura yang berada di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang. – Probolinggo, sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota. Tepatnya berada pada posisi koordinat  S 7.844590     –  E 113.017459. 
  
Apabila tidak menggunakan kendaraan pribadi, sebenarnya dari terminal bis Bayuangga – Probolinggo ada Angkutan bis mini  jurusan lumbang dengan ongkos Rp 5000. Ada juga  angkutan Kota yang Mangkal di pertigaan Tongas menuju ke Lumbang .

Kedua jenis angkutan umum itu hanya melintas di Pasar Lumbang. Dari Pasar Lumbang ini perjalanan kemudian dilanjutkan dengan Ojek yang banyak dijumpai di sekitar Pasar Lumbang. Ongkosnya biasanya Rp 10.000 dengan catatan sang pengojek memberi tarif yang umum dan standar.


Jarak dari Pasar Lumbang menuju Air terjun Madakaripura  adalah 5 km seperti tercantum pada Papan Penunjuk Arah di Pasar Lumbang. Namun jangan terkecoh karena dalam realitas jaraknya berkisar 8-10km.
 
Karena letaknya di daerah Perbukitan, berhati-hatilah dalam Perjalanan karena di kanan-kiri banyak terdapat lembah dan jurang yang cukup dalam. Semakin masuk ke dalam dan mendekati lokasi, lebar Jalan pun  semakin sempit. 

 Sangat rawan bagi kendaraan berroda empat untuk menuju kesana. Apalagi bila harus berjalan bersimpangan dari arah yang berlawanan, tentu membutuhkan ketrampilan  mengemudi tersendiri.

Selama perjalanan itu, pemandangan Khas perbukitan dengan hijaunya Pepohonan seolah terus menyapa kita. Ada juga banyak kotak terbuat dari kayu dan berisi lebah. Maklum daerah ini merupakan sentra penghasil madu ’ Klanceng ’ yaitu sebutan  untuk madu yang berasal dari bunga Pohon randu ( Ceba petandra ). Pohon randu itu sendiri banyak dijumpai selama dalam perjalanan.
Madu ini memiliki Warna kuning, coklat muda, coklat tua dan hitam. Harga perbotolnya berkisar Rp 80.000 untuk ukuran standar botol  sirup.

Di  Gerbang masuk lokasi air terjun dengan ada Patung  sosok Patih Gajah Mada sedang menghunus Keris. Masuk lokasi air terjun Madakaripura ini Tiket  nya Rp 2.500 per orang. . 

 Namun jangan kaget, ongkos parkir motor di lokasi ini cukup mahal Rp 3000 per motor tanpa ada karcis parkir dan fasilitas tempat parkir yang memadai. Hanya berupa tempat terbuka di bawah naungan pepohonan saja.
Tentu Bisa dibayangkan berapa mahal tarif untuk jenis kendaraan berroda empat lainnya.    
         
Lepas dari urusan parkir kendaraan, beberapa pemuda beragam usia akan segera mendatangi pengunjung. Mereka menawarkan jasa sebagai Pemandu jalan ( Guide ) menuju ke air terjun Madakaripura. Biasanya mereka mangkal di tempat parkir dan sekitarnya yang disana terdapat patung sosok Patih Gajah Mada dalam posisi semedi.
Untuk menggaet pengguna, para pemandu itu  biasanya bermanis muka mengatakan tarif jasa memandu itu sukarela dan Seikhlasnya.

Di kawasan wisata ini memang ada aliran Sungai dengan banyak Batu Besar berserakan di aliran sungai itu.Sebenarnya dengan mengikuti aliran sungai itu secara Alami akan memandu pengunjung menuju ke lokasi air terjun Madakaripura. Karena aliran sungai itu berpusat pada air terjun tersebut.
 
Pada  musim penghujan, pengunjung dilarang turun dan mendekat ke air terjun. Daerah sini rawan banjir dan longsor dan harus puas menikmati pemandangan di sekitar lokasi air terjun  saja tanpa bisa melihat air terjun Madakaripura. Air terjun itu sendiri berada cukup jauh dan tersembunyi di balik bukit dan batu-batu Tebing yang cukup tinggi.

Jalur perjalanan yang sudah disemen memang cukup membantu dan memudahkan pengunjung. Namun karena medannya lebih banyak  menanjak, terasa cukup menguras stamina dan melelahkan dalam melangkahkan kaki. Namun perjalanan tak semuanya melewati jalur bersemen itu.

Sering juga harus menyeberangi sungai dan menjejakkan kaki di bebatuan sebagai pijakan. Karena itu pengunjung harus siap untuk berbasah ria. Yang cukup menegangkan adalah ketika melewati jalur bebatuan di tebing dengan posisi miring.  

Berpegangan pada celah-celah batu tebing dengan tetap waspada dan hati-hati karena bebatuannya yang licin akibat berlumut seolah menjadi menu wajib ketika melewati trek itu. Jika lengah ketika  berpegangan atau  berpijak, kemungkinan besar  bisa terpeleset atau  jatuh.

 Click : Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban

 ====================



Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 

di Link berikut ini :

Untuk air terjun yang aliran airnya cukup deras, pengunjung akan melewati di dekat dan bahkan tepat dibawah air terjun. Tempias airnya yang cukup deras menjadikan suasana di sekitarnya seolah senantiasa sedang  hujan deras yang tiada henti.
  
Melewati air terjun yang cukup deras ini jika pengunjung tidak membawa mantel maka nikmatilah sensasi berbasah ria. Jangan lupa , amankan dulu barang-barang berharga seperti handphone dan kamera digital dengan membungkusnya dengan kantung plastik untuk melindunginya dari rembesan air.

Sekitar 30 menit perjalanan yang cukup melelahkan, mendebarkan dan membahayakan itu,  akhirnya kami melewati sebuah ’ Pintu Gerbang ’ dengan dua tebing sebagai pengapitnya.
Di balik  gerbang alami itulah sosok air terjun utama Madakaripura menebarkan pesona keindahannya.  Berada di bawah air terjun yang berada di ketinggian 620 m di atas permukaan laut ini pengunjung seolah merasa berada di dasar sumur raksasa.

Aliran air terjun di tebing yang cukup deras di beberapa bagiannya itu membentuk sungai di bawahnya.
Sungai dengan airnya yang berwarna Hijau tosca itu kedalamannya mencapai 7 meter. Sangat berbahaya bagi pengunjung yang ingin berenang di sungai itu tanpa memiliki  keahlian berenang yang mumpuni.

Mengamati suasana sekitar air terjun Madakaripura terasa sekali nuansa hening dan nuansa magisnya. Temaramnya lokasi dengan sedikitnya sinar matahari yang masuk dan banyaknya tebing batu yang seolah berdiri dengan angkuhnya seolah membawa pengunjung berada di bagian ’ Dunia yang hilang ’.


Belum lagi dengan adanya gua di balik air terjun , tepatnya di ¼ bagian atas air terjun sepertinya menambah kesan magis itu. Di gua itulah dipercaya sebagai tempat Patih Gajah Mada  bersemedi dan  ’muksa ’ pada Masa Lampau.

Air terjun Madakaripura dengan tinggi sekitar 200 m  sampai saat ini masih Dikeramatkan dan dianggap suci oleh umat Hindu sebagai ’ Tirta Sewana ’ ( air suci ). Setiap tahunnya, warga Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo menggunakan air dari air terjun Madakaripura sebagai air suci  dalam prosesi ’ Mendhak Tirta ’  pada dua hari sebelum rangkaian upacara Yadnya Kasada.

Dalam prosesi ’Mendhak Tirta’ itu  dilakukan persembahyangan lengkap dengan atribut sesajinya berupa janur, daging Ayam, buah, kembang dan dupa.

Madakaripura sendiri berarti tempat tinggal terakhir. Namun bagi pengunjung terutama fotografer, air terjun Madakaripura seolah memberi keindahan yang tanpa pernah berakhir. Setiap sudut dan bagiannya memiliki  pesona keindahan tersendiri.   

Sesampainya  kembali di daerah berkumpulnya para pemandu partikelir dan ketika pengunjung  akan memberikan tips untuk pemandu yang menemani selama perjalanan menuju ke dan kembali dari air terjun , bersiaplah menerima dua  ’ kejutan ’ ala Madakaripura.

Kejutan pertama, pengunjung akan kaget karena ucapan dari pemandu yang semula mengungkapkan jasa pemanduannya secara sukarela dan seikhlasnya sepertinya tak berlaku lagi bagi mereka.


Begitu pengunjung bermaksud memberikan uang jasa pemanduan, secara provokatif mereka akan menyebutkan jasa pemanduan mereka secara sepihak dengan nilai yang cukup besar berkisar Rp 20.000 - Rp 100.000. Alasan  mereka karena karena ada 30an pemandu yang berebut menawarkan jasa  pemandu itu dan tidak semua pemandu bisa mendapatkan order pada setiap harinya.

Karena itu, sebelum pengunjung memilih dan menggunakan pemandu lebih baik tanyakan  dan tetapkan dulu berapa jasa pemanduannya.
Kejutan berikutnya  akan pengunjung jumpai saat mengambil kendaraannya di tempat parkir. Satu atau dua pemuda akan mendatangi pengunjung dengan mengatakan kendaraan yang bersangkutan telah  mereka cuci walau tanpa ada permintaan dan kesepakatan.

Tarif mencuci  untuk yang motor secara paksa itu Rp 5000 dengan hasil mencuci motor yang tampak tidak bersih dan asal-asalan saja. Entah berapa tarif yang mereka minta  untuk mencuci kendaraan lainnya.

Karena aksi pemalakan  para pemuda di Madakaripura itulah banyak pengunjung yang merasa jengkel dan kecewa usai berkunjung ke Madakaripura. Pesona keindahan dan kesakralan Air Terjun Madakripura justru dirusak oleh para pemuda yang banyak mangkal disana sebagai pemandu, tukang parkir atau tukang cuci kendaraan.

Dengan mendapatkan kejutan ala preman di Madakaripura itu , bisa dipastikan banyak pengunjung yang merasa malas dan kapok untuk berkunjung ke air terjun Madakaripura.


         Dalam berbagai situs dan jejaring sosial di dunia maya sebenarnya sudah sejak lama ada banyak pengunjung yang menuliskan keluhan tentang hal itu. Bahkan dalam salah satu milis ada penulis yang membuat tulisan  berisi keluhan dengan judul  ’Air Tejun Madakaripura Dengan Guide Yang Mengerikan’.
 
           Ada juga yang mengeluhkan tentang tidak terpeliharanya sarana dan prasarana di lokasi seperti tampak pada gerbang masuk lokasi yang  rusak dan berlubang atau tentang toiletnya  yang kotor dan tanpa atap dengan tarif Rp 1000 untuk sekali pemakaian.
 
         Entah bagaimana perhatian dan tanggapan Pemerintah Daerah setempat atas keluhan-keluhan  itu karena sampai dengan saat ini aksi premanisme itu masih berlangsung di wisata Air terjun Madakaripura. Mungkin Anda juga pernah jadi korban premanisme mereka atau bahkan akan menjadi korban premanisme yang berikutnya?



Artikel-artikel Menarik lainnya bisa Anda baca 
di Link berikut ini :






1 komentar: