Rabu, 21 November 2012

Wayang Potehi Di Kelenteng Hok Liong Kiong



Suasana pada sore itu tampak ramai dan semarak di kelenteng Hok Liong Kiong di Kota Jombang – Jawa Timur. Suara tambur, Gong Chi, kendang, kerincingan dan peralatan musik  tradisional ala Tiongkok terdengar dari dalam bangunan kecil yang berbentuk panggung di depan kelenteng.   

Beberapa warga dalam berbagai usia tampak antusias menyimak pertunjukan kesenian yang ditampilkan disana.
 ----------------------------------------------------------------------
Artekel tentang kelenteng ini bisa Anda baca dengan Langsung Klik Link berikut ini :

---------------------------------------------------------------------- 
 
Ternyata mereka sedang ayik menyaksikan pentas Wayang Potehi, kesenian tradisional yang kisahnya   sejarah, tradisi dan budaya Tiongkok kuno.  Wayang Potehi itu  ditampilkan selama sebulan menjelang Ulang tahun kelenteng yang berada di Jalan RE. Martadinata.


Menyaksikan pentas wayang Potehi itu cukup menarik karena menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga cukup mudah untuk mengetahui dan menyimak tentang kisah dan jalan ceritanya.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam wayang potehi  itu mungkin disengaja oleh sang Dalang yang memainkan Wayang Potehi itu dengan menyesuaikan penontonnya. Uniknya penonton wayang potehi pada saat itu justru warga yang tinggal di sekitar kelenteng  yang bukan umat kelenteng atau beretnis Tionghoa.

Mereka tertarik dan suka melihat wayang potehi itu karena kisahnya yang menarik. Begitu juga dengan kekaguman mereka pada kemampuan sang Dalang dalam memainkan dan menggerakan  karakter-karakter wayang  itu dengan trampil dan cekatan.

Apalagi dalam kisah itu, sang Dalang juga menyelipkan dengan adegan-adegan jenaka yang  menghibur penonton. Tema-tema aktual tak jarang diselipkan oleh dalang dalam kisahnya. 

Seperti halnya kisah yang dipentaskan pada sore itu tentang Hakim Bao yang adil dan bijaksana, dalang Wayang Potehi juga menyelipkan dengan tema-tema aktual tentang gonjang-ganjingnya hukum dan peradilan di Indonesia saat ini.
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Break Session :

Baca juga artikel-artikel menarik lainnya di Blog ini dengan Langsung KLIK Link di bawah ini atau kata-kata berwarna Biru lainnya :
  






================================================================
 
Diantara penonton itu  juga  ada yang muslim  karena mayoritas wargha di kota ini beragama Islam.  Dengan mengenakan busana muslimnya, keberadaan warga itu di kelenteng  juga menjadi sisi yang menarik yang menggambarkan begitu harmonis dan toleransinya  kehidupan antar umat beragama disana.
  
Mereka tampak saling menghormati dan menghargai keyakinan dan menjalankan ibadahnya masing-masing .
 
Penonton itu juga tampak menikmati pertunjukan walau hanya disediakan 2 bangku kecil dan panjang di depan panggung.Penonton yang lainnya memilih duduk di tempat lainnya di sekitar kelenteng. Ada juga yang duduk di motor mereka.
  
Panggung wayang Potehi itu didominasi oleh warna merah. Ornamen yang berbentuk relief sepasang burung Honmg ( Phoenix ) menghiasi bagian depan panggung. 

Ada juga ornamen relief bergambar legenda dan kisah Tiongkok kuno.Tak jauh dari panggung ini terdapat bangunan menara atau pagoda untuk membakar dupa dan kertas-kertas doa. 
 Dalam pentas selama sebulan itu, wayang Potehi menampilkan kisah yang beragam. Pertunjukan ini dimulai setiap jam 3-5 sore. Tak jarang  untuk kisah-kisah dengan jalan cerita yang cukup panjang, adegan itu bersambung pada pertunjukkan keesokan harinya.


Yang juga tak kalah menariknya ,dalang wayang Potehi di kelenteng ini adalah Pak Sesomo yang ternyata bukan beretnis Tionghoa. 

Tetapi dia beretnis Jawa yang  biasanya  bermarkas di Kelenteng Gudo.  Kemampuannya dalam mendalang Wayang Potehi dengan bahasa Tionghoa itu dia peroleh dari  ayahnya yang juga berprofesi yang sama pada masanya.
Dengan kemampuan dan ketrampilannya itu, sang Dalang juga sering diundang untuk mementaskan Wayang Potehi di kelenteng-kelenteng lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar